Jurnalisme Warga Editorial
jam 7 malam kemarin
Kemarin 22:12
Pemuda Woenselse, bersama dengan Else Bizweltz yang berusia 83 tahun, membuat rap tentang pengalamannya selama Perang Dunia II. Ia bercerita kepada pemuda-pemuda Youth Center Pitstop tentang kehidupannya di ‘jab camps’ di Indonesia. Berdasarkan ceritanya, anak-anak muda itu menulis rap dan membuat klip video yang sesuai untuk itu. Video musik dirilis di Eindhoven pada Hari Pembebasan.
Jelas bahwa Bijwelds ingin bekerja dengan orang-orang muda untuk sementara waktu, tetapi dia tidak tahu bagaimana dan apa. Dia menulis sebuah buku tentang pengalamannya selama Perang Dunia II. Terutama tentang waktu yang dia habiskan di ‘kamp jab’ sejak dia berusia tiga tahun. Dia melakukan hal yang paling mengerikan dengan itu. “Aku masih punya mimpi tentang itu.”
Keluarga Bizweld tidak akan meninggalkan hal-hal negatif saja saat itu. “Apa yang saya pelajari dari itu adalah bahwa menghormati satu sama lain adalah hal yang paling penting.” Itu juga menjadi alasan untuk kolaborasi khusus. Vlokhovense, 83, terlibat dengan proyek Burt-in-Bloei WIJeindhoven. Mathews Sales de Moura, seorang pekerja muda dari Pitstop Youth Center, muncul dalam film tersebut. Bagian paling berharga dari proyek ini adalah dia berpikir bahwa rap adalah ide yang bagus untuk cerita keluarga Bijweld. “
Sebuah video musik juga direkam oleh rap itu. Sebuah video musik tidak hanya tentang Bizwelds, tetapi juga tentang cinta, pembebasan dan kebebasan. Bagaimanapun, pria berusia 83 tahun itu senang dengan akhir ceritanya. “Itu memberi saya kesejukan. Saya menikmati rasa saling menghormati.
“Penggemar TV Wannabe. Pelopor media sosial. Zombieaholic. Pelajar ekstrem. Ahli Twitter. Nerd perjalanan yang tak tersembuhkan.”
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit