JAKARTA (ANP/BLOOMBERG) – Perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun ini terkena dampak kekeringan dan penuaan pohon. Akibatnya, hasil panen kelapa sawit bisa mengecewakan. Indonesia adalah produsen terbesar di dunia yang memproduksi bahan-bahan penting namun kontroversial untuk sabun, olesan, dan makanan ringan.
Berdasarkan prakiraan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia dan Dewan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, produksi tahun ini diperkirakan akan tetap sama atau turun 5 persen dibandingkan tahun 2023. Hal ini kemungkinan akan membatasi pasokan global, yang diperkirakan akan menaikkan harga. Hal ini dapat mempengaruhi harga banyak barang bagi konsumen, termasuk di Belanda.
Sekitar sepertiga wilayah perkebunan kelapa sawit utama di Indonesia, termasuk sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan, mengalami curah hujan di bawah normal pada bulan Juli. Perkebunan yang sudah ketinggalan zaman juga terus menjadi masalah. Banyak petani kecil di negara ini bekerja dengan pohon-pohon yang berumur lebih dari 25 tahun dan menghasilkan sedikit minyak sawit. Menurut pihak industri, penting bagi mereka untuk menanam pohon muda.
Minyak sawit digunakan dalam berbagai macam produk, mulai dari mentega hingga kue kering, sampo hingga es krim. Penggunaan minyak sawit masih kontroversial. Hutan hujan sering kali dibakar untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu, organisasi lingkungan hidup dan hak asasi manusia telah lama mendapat kritik keras. Mereka juga ingin perusahaan-perusahaan Barat berhenti berinvestasi dalam produksi minyak sawit.
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit