JAKARTA (REUTERS) – Rencana ambisius Indonesia untuk membuat database tunggal dari medan negara dan mencegah konflik diatur untuk mengguncang peta yang dibuat oleh komunitas suku, kata jaksa penuntut pada Rabu (31 Maret).
Kebijakan Satu Peta, yang dimulai satu dekade lalu dan harus diselesaikan pada akhir tahun 2020, bertujuan untuk menggabungkan 85 peta tematik dari 34 provinsi di nusantara yang luas menjadi satu peta, membantu masyarakat lokal menyelesaikan klaim yang saling bertentangan.
Namun hingga saat ini, portal Satu Peta hanya dapat diakses oleh pejabat pemerintah dan tidak mencakup peta yang dibuat oleh kelompok suku, kata Ruka Sombolingi, sekretaris jenderal Koalisi Masyarakat Adat Pulau (Aman).
Dia mengatakan kepada Thomson Reuters Foundation, “Aman telah mengirimkan peta yang mencakup 11 juta hektar tanah asli.
“Kami telah berkampanye selama beberapa dekade untuk mendapatkan tanah biasa kami diakui dan memasukkan tanah asli di peta pemerintah … Kegagalan untuk memasukkan tanah kami di peta yang sama sangat membuat frustrasi dan menyebabkan ketakutan kehilangan tanah kami.”
Presiden Indonesia Joko Widodo telah memperkenalkan undang-undang untuk memberikan hak kepada orang-orang yang tidak memiliki tanah dan berjanji untuk mengembalikan hampir 13 juta hektar tanah kepada suku menyusul keputusan pengadilan tahun 2013 yang menghapus hutan biasa dari kendali negara.
Tetapi kemajuan berjalan lambat, dan kelompok-kelompok domestik mengkritik pemerintah karena hanya mengakui tanah yang “bersih dan bersih”, kecuali di wilayah yang disengketakan.
Jokowi, yang dikenal sebagai Djokovic, telah memerintahkan pejabat pemerintah untuk segera menyelesaikan sengketa tanah dan mendukung masyarakat dengan konsesi kelapa sawit dan hibah tanah yang sudah ada sebelumnya kepada pengembang.
Pihak berwenang mengidentifikasi semua tanah adat dalam sengketa dan akan menyelesaikan setiap sengketa, kata Dodi Slamed Riadi, pejabat senior pemerintah yang mengepalai kebijakan Satu Peta.
Meski “sangat dibutuhkan”, kebijakan pemetaan telah menunda identifikasi lebih dari 77 juta hektar lahan, penambahan 72 peta bertema baru, dan pengendalian operasional oleh wabah virus corona.
“Semua data spasial saat ini sudah tidak bisa diakses publik karena kualitasnya belum terjamin … Kami fokus pada peningkatan kualitas data dan berharap bisa diakses publik,” ujarnya.
Selain kekurangan peta domestik, Adi Pradhan mengatakan dalam World Resources bahwa RUU penciptaan lapangan kerja “universal” disahkan pada bulan Oktober untuk meningkatkan investasi, tetapi dikritik oleh serikat pekerja dan aktivis lingkungan karena melemahkan keamanan, dapat memperburuk masalah pertanahan. Perusahaan Indonesia (WRI).
“Sebuah peta, dan Omnibus Act, dapat melihat proses peta partisipasi dan resolusi konflik partisipatif, sehingga meningkatkan konflik darat,” kata Pradhana, mengumpulkan data untuk peta empat provinsi.
Bapak Pradhana, Manajer Eksekutif Inisiatif Satu Peta WRI, mengatakan WRI membantu pemerintah daerah, kelompok masyarakat sipil dan masyarakat untuk menyelesaikan konflik dan mengakui tanah bersama.
Proyek One Map membutuhkan pendekatan serupa, katanya.
“Prosesnya sekarang transparan dan tidak inklusif,” ujarnya. “Pemerintah perlu lebih transparan pada peta untuk mendapatkan dukungan yang lebih populer dan mengurangi konflik.”
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit