Hari ini
•
Waktu membaca adalah 2 menit
Oleh Noor de Groot
Pada hari Kamis, 14 September, Mauritshuis akan membuka pameran karya seni yang dijarah; Karya seni yang memiliki nilai budaya penting yang dicuri oleh negara atau organisasi asing. Pameran ini akan menampilkan sejumlah karya seni beserta narasi (digital) tentang sejarah karya tersebut. Pertanyaan-pertanyaan sulit seputar kembalinya seni juga dibahas. Apakah Anda ingin mengembalikan karya seni itu?’ Pertanyaan seperti atau ‘Apakah museum terlibat dalam perampokan?’ Museum Mauritshuis tidak sendirian dalam pertanyaan apakah karya seni yang dijarah harus dikembalikan ke negara asalnya atau ke pemilik sahnya.
Pada bulan Mei, Erik Dijkstra muncul di NPO2 dengan seri empat bagian tentang karya seni curian. dalam seri’Seni yang dicuriDijksta telah berkeliling ke banyak negara dan meneliti berbagai karya seni rampasan. Di episode pertama serial tersebut, Dijkstra melakukan perjalanan ke Indonesia untuk menyelidiki apakah berlian Banjarmasin harus dikembalikan ke negara asalnya. Berlian awalnya merupakan “simbol kekuasaan Sultan, namun setelah kematiannya pemerintah kolonial Belanda memberikan berlian tersebut kepada pangeran yang tidak berdaya,” kata Erik Dijkstra. Setelah orang-orang menyatakan ketidaksenangan mereka dengan pilihan ini, perang pun pecah. Berlian Pancharmasin kini dipajang di Rijksmuseum, di mana berlian tersebut digambarkan sebagai karya seni yang dijarah. Berlian tersebut saat ini menjadi milik pemerintah Belanda. Untuk mengembalikan berlian tersebut ke Indonesia, terlebih dahulu harus dilakukan penyelidikan besar-besaran mengenai asal muasal berlian tersebut sebenarnya. Proses ini terkadang memakan waktu bertahun-tahun. Jika dari penyelidikan ternyata berlian tersebut memang dicuri oleh pemerintah Belanda, maka berlian Pancharmasin bisa dikembalikan ke negara asalnya.
Mengejutkan bahwa semakin banyak pembicaraan tentang pengembalian karya seni curian di dunia museum. Museum semakin memutuskan untuk mengembalikan karya. Misalnya, British Museum yang dikenal sebagai Museum Horniman London telah memutuskan untuk mengembalikan 73 karya seni curian ke Nigeria pada tahun 2022. Patung-patung tersebut antara lain patung perunggu, karya ritual dan artefak dari Kerajaan Benin. Sangat jelas bagi pihak museum bahwa benda-benda ini disita secara paksa, sehingga diambil pilihan untuk mengembalikan semuanya ke Nigeria.
Pada siaran Kamis, 14 September, Erik Dijkstra dan Martine Gosselink, direktur Mauritshuis, duduk di meja Sophie untuk membicarakan tentang pameran seni yang dicuri. Dijkstra dan Gosselink sepakat bahwa karya seni yang dicuri harus dikembalikan. “Tetapi dalam praktiknya hal ini sangat sulit,” jelas Goslink. “Untuk mengetahui apakah barang itu dibeli, dicuri, atau ditukar memerlukan penelitian bertahun-tahun.”
Diskusi tabel lengkap dengan Erik Dijkstra dan Martine Gosselink dapat ditemukan di sini:
“Penggemar TV Wannabe. Pelopor media sosial. Zombieaholic. Pelajar ekstrem. Ahli Twitter. Nerd perjalanan yang tak tersembuhkan.”
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit