TikTok memiliki sekitar satu miliar pengguna bulanan dan pertumbuhannya di kalangan anak muda jauh melampaui para pesaingnya – Hak Cipta AFP/File SEBASTIEN BOZON
Aplikasi video pendek milik Tiongkok, TikTok, pada hari Senin mengumumkan investasi sebesar $1,5 miliar di GoTo Group dalam kesepakatan yang memungkinkan perusahaan tersebut membuka kembali toko online-nya di Indonesia, kata kedua perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, TikTok Shop akan diintegrasikan ke dalam Tokopedia milik GoTo, dan TikTok akan memiliki saham pengendali di entitas tersebut.
“TikTok telah berkomitmen untuk berinvestasi lebih dari US$1,5 miliar pada entitas yang diperluas ini dari waktu ke waktu, untuk menyediakan pembiayaan masa depan yang dibutuhkan perusahaan, tanpa dilusi tambahan pada GoTo,” kata perusahaan Indonesia tersebut.
“TikTok, Tokopedia, dan GoTo akan mentransformasi sektor e-commerce di Indonesia, menciptakan jutaan lapangan kerja baru selama lima tahun ke depan.”
“Kemitraan strategis ini akan dimulai dengan masa percobaan yang akan dilaksanakan melalui konsultasi erat dan pengawasan dengan regulator terkait,” kata GoTo, seraya menambahkan bahwa pihaknya memperkirakan kesepakatan tersebut akan selesai pada tahun 2024.
Pada bulan Oktober, TikTok menutup toko online-nya di Indonesia, salah satu pasar terbesarnya.
Hal ini terjadi beberapa hari setelah negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara itu melarang penjualan di media sosial untuk melindungi jutaan usaha kecil.
Peraturan ini berarti perusahaan media sosial tidak dapat melakukan transaksi langsung tetapi hanya mempromosikan produk di platform mereka di Indonesia, negara pertama di kawasan ini yang mengambil tindakan melawan semakin populernya TikTok sebagai situs e-commerce.
Platform seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada mendominasi pasar e-commerce di Indonesia, namun TikTok Shop telah memperoleh pangsa pasar yang signifikan sejak diluncurkan pada tahun 2021.
Indonesia, dengan 125 juta pengguna, merupakan pasar global terbesar kedua bagi TikTok setelah Amerika Serikat, menurut data perusahaan.
Larangan di Indonesia ini muncul setelah meningkatnya seruan untuk meregulasi media sosial dan e-commerce, karena penjual offline merasa mata pencaharian mereka terancam karena menjual produk yang lebih murah di toko TikTok dan platform lainnya.
Hal ini merupakan kemunduran lain bagi TikTok, yang menghadapi pengawasan ketat di Amerika Serikat dan negara-negara lain dalam beberapa bulan terakhir atas keamanan data peraturan pengguna dan dugaan hubungan perusahaan tersebut dengan pemerintah Tiongkok.
“Spesialis budaya pop. Ahli makanan yang setia. Praktisi musik yang ramah. Penggemar twitter yang bangga. Penggila media sosial. Kutu buku bepergian.”
More Stories
Visi Asia 2021 – Masa Depan dan Negara Berkembang
Ketenangan yang aneh menyelimuti penangkapan mantan penduduk Delft di Indonesia – seorang jurnalis kriminal
Avans+ ingin memulihkan jutaan dolar akibat kegagalan pelatihan dengan pelajar Indonesia