Pada KTT dua hari tersebut, Tiongkok memposisikan dirinya sebagai pelindung negara-negara berkembang. Melalui BRI, negara-negara tersebut dapat meminjam untuk proyek infrastruktur seperti kereta api dan pelabuhan. Hal ini menarik karena pendanaan dari Bank Dunia atau Dana Moneter Internasional (IMF) seringkali terlalu mahal atau terlalu rumit. Tiongkok dikenal tidak mengharapkan imbalan apa pun di bidang hak asasi manusia dan lingkungan hidup.
Indonesia terinspirasi dari Tiongkok
Para pemimpin negara berkembang yang berkunjung biasanya terkejut. Tiga puluh tahun yang lalu Tiongkok masih sangat terbelakang. Sekarang orang-orang berlarian dari satu kota modern ke kota modern lainnya dengan kereta berkecepatan tinggi dengan kecepatan 300 kilometer per jam.
Selain itu, Tiongkok juga membuat kemajuan dalam memproduksi energi berkualitas tinggi dan ramah iklim. Itulah sebabnya Presiden Indonesia Joko Widodo hari ini mengumumkan bahwa ia mencari bantuan Tiongkok dalam mengurangi gas rumah kaca. Hal ini menyusul pembukaan jalur kereta api berkecepatan tinggi baru yang didanai Tiongkok di Indonesia baru-baru ini.
Tapi tidak semuanya mawar dan cahaya bulan. Ada banyak kritik terhadap BRI dalam beberapa tahun terakhir: Tiongkok meminjamkan uang kepada negara-negara yang tidak mampu membayarnya kembali. Negara-negara ini akan segera mengalami masalah keuangan yang besar. Laos dan Sri Lanka adalah contohnya.
Proyek-proyek BRI seringkali menimbulkan dampak yang sangat negatif terhadap masyarakat dan lingkungan. Misalnya, Tiongkok membangun beberapa bendungan pembangkit listrik tenaga air di Sungai Mekong di Asia Tenggara, yang berdampak buruk terhadap stok ikan dan ekosistem lokal.
Pelanggaran hak asasi manusia
Tiongkok juga sering dikritik karena tidak membeda-bedakan negara yang menerima pinjaman. Pelanggar hak asasi manusia dapat mengandalkan dukungan Tiongkok. Sebab, menurut doktrin Tiongkok, negara tersebut tidak mencampuri urusan negara lain.
Itu sebabnya Vladimir Putin begitu populer di Beijing, meski terjadi perang berdarah di Ukraina. Dan bulan lalu, Presiden Suriah Assad diterima dengan segala hormat. Bahkan Taliban Afghanistan akan muncul pada KTT BRI. Kelompok tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa mereka mengirim menteri perdagangan ke Beijing untuk menarik “investasi internasional”.
Namun Tiongkok telah memperketat ikat pinggangnya akhir-akhir ini. Investasi pada proyek BRI telah menurun sejak tahun 2019. Selain itu, Tiongkok juga berinvestasi di sejumlah negara. Menurut para ahli, hal ini ada hubungannya dengan kecerobohan BRI pada masa-masa awal, ketika pohon-pohon mencapai langit. Kini, ketika perekonomian Tiongkok sedang terpuruk, negara tersebut mengalami kemunduran. Ini telah berubah dengan sangat hati-hati.
Misalnya, para ahli mengatakan, Putin tidak harus mengandalkan perlakuan istimewa. Joseph Gregory Mahoney, seorang profesor hubungan internasional di East China Normal University di Shanghai, memperkirakan bahwa setiap orang akan mendapatkan “paket hadiah yang sama.” Mahoney melihat Tiongkok lebih berhati-hati, termasuk ketika menyangkut Rusia. Misalnya, rencana pembangunan pipa gas baru antara kedua negara, namun Tiongkok terus menunda keputusan tersebut. Namun, ia mengatakan: “Jika Moskow mampu melakukan kejutan seperti melakukan mediasi dalam hubungan yang sulit antara Tiongkok dan India, terdapat banyak potensi bagi Rusia.”
“Penggemar TV Wannabe. Pelopor media sosial. Zombieaholic. Pelajar ekstrem. Ahli Twitter. Nerd perjalanan yang tak tersembuhkan.”
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit