Kepemimpinan
Pada hari Sabtu, Royal Institute of Languages, Lands and Ethnology (KITLV) dan Universitas Leiden menyelenggarakan jalan kaki “Arkeologi Indonesia di Leiden”.
Para pemandu, termasuk beberapa anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia Netherlands Student Union, mengajak para peminat menyusuri dua belas tempat penting bagi orang Indonesia di Leiden.
Sejak awal abad lalu, semakin banyak pelajar Indonesia yang datang ke Leiden untuk belajar. Pada puncaknya pada tahun 1930-an, ada sekitar seratus. Tidak jarang para mahasiswa ini kemudian berperan dalam pergerakan nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan di tanah air serta rekonstruksi Indonesia pasca kemerdekaan.
Perjalanan dimulai di Breestraat 95. Pada tahun 1901, tiga orang Indonesia pertama yang datang ke Leiden untuk belajar tinggal di lantai atas gedung ini. Salah satunya adalah Kusuma Goida, putra Pangeran Baku Alam V dari Yogyakarta. Dia belajar untuk ujian pegawai negeri. Belajar di Belanda hanya terbuka bagi putra-putri elite Indonesia (dan beberapa putri kemudian).
Jalan kaki ini juga membawa Anda melewati Wasstraat 1, tempat Perdana Menteri Indonesia Ali Sastromedjujumt pada tahun 1920-an dan berfungsi sebagai tempat berlindung bagi pelajar Indonesia dan Pemakaman Groenesteeg. Di sinilah letak nisan Erawan Soijono. Bersama dengan banyak mahasiswa Indonesia lainnya ia melakukan perlawanan terhadap Jerman. Dia ditembak mati pada 13 Januari 1945 oleh Jerman di Baummarkt.
Jalan kaki dimulai pada hari Sabtu pukul 13:00 dan berlangsung sekitar satu setengah jam. Langganan gratis. Anda dapat mendaftar disini. Tur disajikan dalam bahasa Inggris.
“Penggemar TV Wannabe. Pelopor media sosial. Zombieaholic. Pelajar ekstrem. Ahli Twitter. Nerd perjalanan yang tak tersembuhkan.”
More Stories
Reaksi beragam terhadap laporan dekolonisasi di Indonesia
Bagaimana Wiljan Bloem menjadi pemain bintang di Indonesia
7 liburan kebugaran untuk diimpikan