BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Perlambatan ekonomi struktural di negara-negara emerging market utama

Perlambatan ekonomi struktural di negara-negara emerging market utama

Negara-negara berkembang (emerging market) utama sedang melambat untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju. Setelah rata-rata di atas 7% dari tahun 2000 hingga 2007, tingkat pertumbuhan tahunan di negara-negara berkembang utama menjadi stabil menjadi 6,5% dari tahun 2008 hingga 2012 berkat kebijakan stimulus setelah krisis keuangan tahun 2008. Namun, angka tersebut telah turun menjadi rata-rata sekitar 5 % dari 2013 hingga 2019 (lihat grafik di bawah).

Perlambatan aktivitas ekonomi ini bersifat struktural di sebagian besar perekonomian akibat menurunnya dinamisme faktor-faktor produksi (tenaga kerja, modal, dan produktivitas faktor total), yang menentukan potensi pertumbuhan perekonomian. Hampir sepuluh tahun yang lalu, perlambatan ini terutama terjadi di Brasil, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Hanya India dan india, yang lebih tertinggal dalam menutup kesenjangan dengan negara-negara maju, yang mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi dan stabil.

Tenaga kerja memberikan kontribusi yang lebih kecil terhadap pertumbuhan karena penuaan populasi dan kurangnya penciptaan lapangan kerja. Akumulasi modal melalui investasi juga kehilangan momentum. Pertumbuhan produktivitas yang dipicu oleh migrasi desa-kota (pengalihan pekerja pertanian ke sektor yang lebih produktif) dan akibat reformasi yang dilaksanakan pada tahun 1990an dan 2000an di sebagian besar perekonomian Eropa mulai memudar di Asia.

Semua pasar negara berkembang mempunyai ruang untuk meningkatkan potensi pertumbuhannya. Hal ini dapat meningkatkan kontribusi tenaga kerja terhadap pertumbuhan dengan memperluas partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja, meningkatkan investasi dan produktivitas dengan meningkatkan tingkat pendidikan dan semakin membuka pasar lokal.

Jalur pertumbuhan negara-negara berkembang besar dihadapkan pada sejumlah risiko, seperti penyeimbangan kembali perekonomian Tiongkok, pembentukan kembali rantai nilai global, transisi energi, dan dampak perubahan iklim.

READ  Pemulihan harga minyak sawit memberi keuntungan lagi bagi Sipef