BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Ulasan Uni |  Total Film

Ulasan Uni | Total Film

arah: Camila Andini | Skenario: Camila Andini, Prima Rushdie | ejakulasi: Arawinda Kirana (Yoni), Kevin Ardilova (Yoga), Dimas Aditya (Dhamar), dan lainnya | waktu bermain: 95 menit | tahun: 2021

Alih-alih merinci pencarian seorang gadis remaja untuk mencari jalan keluar dalam lingkungan Islam yang ketat, malah malah ditangguhkan Universitas Terutama terhadap kevulgaran satu sama lain. Sketsa cerita menunjukkan bagaimana tokoh utama menghadapi kenyataan praktik perjodohan di Indonesia. Naif pada awalnya, dia hanya fokus untuk memiliki segala sesuatu yang berwarna ungu atau berkumpul dengan teman-temannya, tetapi mimpinya untuk mendapatkan beasiswa terancam ketika ulang tahunnya yang ketujuh belas semakin dekat. Begitu lamaran pernikahan mulai berdatangan, dia harus tumbuh dengan cepat. Anda tidak bisa terlalu sering menolak lamaran seperti itu.

Di momen paling pedih, Uni mengembalikan kuda poni tersebut kepada pemilik tempat berenang biasanya. Perbincangan pedih pun terjadi, dengan mata Kirana yang mencerminkan tekanan sosial yang menyesakkan saat dia dengan sopan bersimpati kepada pria yang lebih tua itu. Namun di luar itu, film ini menghadirkan ketegangan dramatis dengan cara yang lebih skematis. Kevin Ardilova, sebagai seorang yoga pemalu, menyampaikan cintanya dengan nada yang sangat canggung. Yang juga memalukan adalah guru universitas tersebut tersenyum sendiri di kamar pas sambil mengenakan hijab, karena film tersebut kembali menjadi korban dari nilai-nilai yang berpikiran sempit.

Meskipun ada upaya ini, sesuai jadwal Universitas Namun, tekanan untuk menikah malah menjadikannya benar-benar nyata. Keluarga Yoni jarang muncul dalam cerita bersama orang tuanya di Jakarta. Misalnya, pergi ke disko sebagai penemuan gaya hidup alternatif yang jelas hanya mempunyai sedikit konsekuensi. Dua teman sekelasnya menindasnya dengan ekspresi tekanan sosial yang basi, yang muncul secara artifisial dalam klip berita atau dalam kebijakan agama baru di sekolah.

READ  hari Mei! hari Mei! hari Mei! -IFFR

Melalui referensi-referensi ini, film ini menghilangkan kritik sosial yang wajib dari menu. Rasanya diperhitungkan seperti pengaturan dasar kamera untuk membingkai karakter. Setiap kali ada tanda-tanda konflik dramatis, sutradara Camila Andini dengan cepat melebih-lebihkannya. Hal yang paling menyedihkan terjadi ketika kamera mengarah ke ruangan salah satu teman Uni. Saat gadis-gadis itu menangisi peristiwa traumatis, mereka begadang sambil membicarakan tentang hati merah muda dan huruf “CINTA” sebagai referensi puitis palsu tentang kehidupan remaja versus kenyataan pahit. Selain itu, puisi cinta yoga terkesan sentimental, meski terdapat pilihan kata yang mengejutkan di sana-sini.

Di satu sisi, film ini mengukur volatilitas dengan sebuah skala, namun di sisi lain film ini menyentuh banyak bidang berbeda. Dari puisi hingga kritik sosial hingga cinta yang mustahil atau kedewasaan, pokok bahasannya membentuk keseluruhan yang umum. Hal ini mengarah pada studi karakter yang membosankan dimana Yuni tetap menjadi gadis remaja Indonesia yang sembarangan.