Kotamadya Amsterdam mendukung peringatan ‘wanita penghibur’, wanita yang dipaksa berhubungan seks dengan tentara Jepang selama Perang Dunia II. Seorang juru bicara dewan kota Amsterdam Duria Meliani (seni dan budaya, Groenlinks) mengatakan dewan kota telah “menilai secara positif” tentang proyek tersebut dan “berbicara tentang kemungkinan” dengan penggagasnya.
Ide tugu peringatan datang dari jurnalis Griselda Molmans, yang tiga tahun lalu menerbitkan buku tentang prostitusi paksa Jepang selama Perang Dunia II, termasuk di Indonesia yang diduduki. “Para wanita di mana ini terjadi sama sekali tidak terlihat setelah perang,” kata Molmans. “Alangkah baiknya jika mereka bisa mendapatkan peringatan untuk mereka di tempat umum.”
Molmans menyebutkan dalam bukunya bahwa selama pendudukan Jepang di Hindia Belanda saat itu, sekitar 70.000 perempuan dipaksa bekerja sebagai budak seks di rumah bordil. Menurut Molemans, ada sekitar 500.000 ‘wanita penghibur’ di seluruh Asia Tenggara, kebanyakan di Korea. Sejarawan memperkirakan jumlahnya mencapai 200.000.
Baca juga: ‘Belanda mendapat manfaat dari ‘wanita penghibur’ di rumah bordil paksa Jepang‘
Kemarahan dari Jepang
Dengan hadirnya monumen tersebut, Amsterdam akan menghadapi amukan Jepang yang selalu membantah bahwa perempuan dipaksa berhubungan seks. Ketika kota San Francisco di Amerika memasang monumen pada tahun 2017, kota kembar Jepang, Osaka, memecahkan kembarannya. Kota Freiburg di Jerman memutuskan beberapa tahun lalu untuk meninggalkan sebuah monumen setelah tekanan dari Jepang.
Molmans mengatakan dia menunjukkan kepada pemerintah kota Amsterdam kemungkinan konsekuensi dari mendirikan tugu peringatan wanita yang nyaman untuk hubungan dengan Jepang. “Saya berkata: ini akan memiliki konsekuensi, lihat Freiburg dan San Francisco. Tapi Amsterdam berkata: kita akan melihatnya datang. Ini adalah monumen pertama kelompok ini di Belanda.
Menurut seorang juru bicara kotamadya, Amsterdam merangkul tugu peringatan itu karena kota menganggap “kebebasan berekspresi sebagai hal yang penting, seperti halnya tempat-tempat kenangan.”
Kelompok patung
Pemerintah kota dan Molman sedang “membahas” lokasi dan bentuk monumen tersebut. Pemrakarsa membayangkan “kelompok pahatan yang mewakili semua spesies yang terkena dampak”.
Molmans berharap monumen tersebut akan siap pada tahun 2024 (‘dengan banyak usaha’).
“Penggemar TV Wannabe. Pelopor media sosial. Zombieaholic. Pelajar ekstrem. Ahli Twitter. Nerd perjalanan yang tak tersembuhkan.”
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit