BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Belanda juga melarang dokter bedah Inggris-Palestina, anggota parlemen menuntut penjelasan

Belanda juga melarang dokter bedah Inggris-Palestina, anggota parlemen menuntut penjelasan

Ghassan Abu Sitta

Berita Noos

Dokter Inggris-Palestina Ghassan Abu Sitta ditolak masuk ke Belanda. Larangan administratif diberlakukan di tingkat Uni Eropa terhadap pria tersebut. Baru-baru ini, Abu Sitta juga dilarang memasuki Jerman dan Prancis. D66 dan GroenLinks-PvdA menginginkan klarifikasi dari Menteri Luar Negeri Bruens Sloat yang akan mengundurkan diri.

Abu Sitta kerap bersuara menentang serangan Israel di Gaza. Al-Jarrah, yang juga Dekan Universitas Glasgow, dijadwalkan berbicara di Universitas Amsterdam minggu depan. Ia juga akan hadir pada acara yang diselenggarakan oleh Rights Forum, sebuah pusat pengetahuan Belanda yang mengadvokasi hak-hak Palestina.

'belum pernah terdengar'

Menurut Forum HAM, Abu Sitta juga berniat menggelar pertemuan dengan sejumlah perwakilan. Bisa jadi dengan Robin Brekelmans (VVD) dan Katy Perry (GroenLinks-PvdA). Kantor berita ANP menulis bahwa Perry yakin dia “belum pernah mendengar sebelumnya” bahwa Abu Sitta ditolak aksesnya ke Belanda. Jan Paternot (D66) merasa “mengherankan” bahwa Belanda menolak mengizinkannya masuk tanpa pertimbangannya.

Bulan lalu, Abu Sitta dilarang memasuki Jerman di Bandara Berlin. Dia akan berbicara pada konferensi Palestina di sana tentang pengalamannya di Gaza. Konferensi tersebut dilarang oleh otoritas Jerman.

Polisi pun menggerebek pertemuan ini. Menurut polisi, siaran langsung itu ditayangkan kepada seseorang yang tidak diperbolehkan melakukan aktivitas politik di Jerman. Dokter ternama itu juga ditolak masuk ke Prancis akhir pekan lalu, di mana ia dijadwalkan menghadiri pertemuan Senat Prancis.

Alasannya tidak jelas

Dokter itu sendiri mengatakan bahwa Jerman, sekutu militer penting Israel, berusaha membungkamnya. “Inilah yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan,” katanya setelah ditolak di Berlin. “Mereka menyembunyikan bukti dan membungkam atau mengintimidasi saksi.”

Pada bulan-bulan pertama perang, dokter tersebut bekerja di berbagai rumah sakit di Gaza utara, di mana ia menyaksikan bencana kemanusiaan terjadi. Ia sering terlihat di media internasional dan juga beberapa kali diwawancarai sebagai saksi mata oleh NOS.

Abu Sitta berkomunikasi dengan Pengadilan Kriminal Internasional

Awal tahun ini, Abu Sitta berada di Den Haag untuk bertemu dengan Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional, menurut Forum Hak Asasi Manusia. Surat kabar Inggris The Guardian melaporkan bahwa dokter tersebut menyerahkan bukti ke Pengadilan Kriminal Internasional. “Sebagai negara tuan rumah, Belanda mempunyai kewajiban khusus untuk tidak menghalangi keadilan,” kata Forum Hak Asasi Manusia.

Ada indikasi Pengadilan Kriminal Internasional ingin mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap para pemimpin Israel. Perdana Menteri Netanyahu menanggapi hal ini dengan marah, dengan mengatakan bahwa Israel tidak melakukan tindakan perang di Gaza.