BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Budaya yang berbeda memperlakukan adaptasi iklim secara berbeda

Budaya yang berbeda memperlakukan adaptasi iklim secara berbeda

Apakah Anda percaya pada perubahan iklim? Kemungkinan Anda telah merombak rumah Anda untuk memerangi dampak perubahan iklim. Karena Anda telah melakukan ini, Anda sekarang tidak punya pilihan selain mengambil tindakan ekstra untuk mencegah banjir atau panas berlebih.

Ini adalah salah satu hasil yang signifikan Studi oleh Twente University dan TU Delft. Para ilmuwan melihat warga di empat negara dan mencari perbedaan dan persamaan dalam pandangan mereka tentang adaptasi iklim: mengadaptasi rumah untuk menghadapi dampak perubahan iklim.

Apa itu adaptasi iklim?

Perubahan iklim adalah masalah saat ini. Efek perubahan iklim semakin terlihat dari badai dahsyat yang tinggi hingga rekor suhu. Efek ini hanya akan bertambah buruk di tahun-tahun mendatang. Jadi orang-orang di seluruh dunia perlu mempersiapkan rumah mereka untuk masa depan. Tapi apakah orang menyukainya?

Studi ini difokuskan pada empat negara: Belanda, Amerika Serikat, Cina, dan Indonesia. Ternyata uang memainkan peran penting bagi semua orang: jika adaptasi terlalu mahal, orang tidak akan melakukannya. Tetapi hasil lain yang cukup mengejutkan: mereka yang percaya pada perubahan iklim tidak tertarik pada adaptasi. Para peneliti berpikir bahwa orang-orang ini telah membuat perubahan.

Percaya pada pemerintah

Ada juga perbedaan yang signifikan antar negara. Banyak yang tidak percaya bahwa pemerintah dapat berbuat cukup melawan perubahan iklim. Tetapi hanya di Indonesia dan Amerika Serikat orang didorong untuk melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri. Di Cina dan Belanda, orang bekerja di rumah mereka sendiri, meskipun pemerintah tidak efisien.

Penelitian juga mengungkapkan masalah utama: Negara-negara yang bukan termasuk ‘Barat’ melihat biaya adaptasi iklim sebagai masalah utama. Hal ini dapat dimaklumi karena negara-negara tersebut seringkali memiliki lebih sedikit uang, yang berarti bahwa investasi yang dibutuhkan relatif lebih mahal. Ini menjadi masalah yang lebih besar lagi karena negara-negara seperti Indonesia yang dikelilingi perairan adalah yang pertama kali menghadapi dampak kenaikan permukaan air laut. Studi ini sekali lagi menunjukkan betapa tidak adilnya distribusi efek perubahan iklim.

READ  Kritik terhadap penelitian India: 'Rutte sangat menyakiti kita' secara internal