Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah menandatangani nota kesepahaman dengan kelompok energi Italia Eni untuk mempercepat program dekarbonisasi di negara tersebut.
Kementerian Indonesia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perjanjian tersebut mencakup pengembangan bahan baku bahan bakar penting, inisiatif transisi energi, dan potensi proyek penangkapan karbon.
“Melalui nota kesepahaman ini, kami berharap Eni dapat membantu program dekarbonisasi Indonesia dan meningkatkan kerja sama antara Eni dan Indonesia,” kata Menteri Energi Arifin Tasrif pada acara penandatanganan.
Dalam pernyataan terpisah, Eni mengatakan CEO perusahaan tersebut, Claudio Descalzi, bertemu dengan Presiden Indonesia Joko Widodo pada hari Jumat untuk membahas penemuan hulu terbaru kelompok tersebut.
Eni mengumumkan penemuan gas tahun lalu di Geng North-1, sebuah sumur eksplorasi di Janal Utara di lepas pantai Indonesia.
Selain itu, Eni membeli aset Indonesia Deepwater Development (IDD) Chevron pada Juli lalu, dan baru saja menyelesaikan akuisisi Neptune Energy yang memiliki aset signifikan di negara Asia.
Dalam pertemuan Jumat, CEO Eni menjelaskan rencana pengembangan aset IDD dan pusat produksi baru Geng North yang akan didirikan di wilayah Kalimantan Timur.
Eni mengatakan, pusat produksi gas baru di Cekungan Kuti Utara, serta perluasan dataran tinggi pada fasilitas yang ada di Cekungan Kuti Selatan, akan memungkinkan Indonesia meningkatkan produksi gas secara signifikan, baik untuk keperluan domestik maupun ekspor.
Dengan ditemukannya kawasan gas Janal Utara dan akuisisi proyek IDD, Eni mengatakan pihaknya bisa melipatgandakan produksi gasnya di Indonesia.
“Spesialis budaya pop. Ahli makanan yang setia. Praktisi musik yang ramah. Penggemar twitter yang bangga. Penggila media sosial. Kutu buku bepergian.”
More Stories
Visi Asia 2021 – Masa Depan dan Negara Berkembang
Ketenangan yang aneh menyelimuti penangkapan mantan penduduk Delft di Indonesia – seorang jurnalis kriminal
Avans+ ingin memulihkan jutaan dolar akibat kegagalan pelatihan dengan pelajar Indonesia