JAKARTA (ANTARA) – Kementerian Ketenagakerjaan menggelar Indonesia Business Matching Event 2023 di Doha, Qatar, pada Rabu untuk membuka lapangan kerja bagi pekerja Indonesia.
“Business Matching ini merupakan langkah strategis untuk mendorong pekerja migran Indonesia masuk dan bekerja di Qatar sesuai prosedur pemberangkatan dan rekrutmen yang benar,” kata Menteri Tenaga Kerja Ida Fawzia dalam keterangannya, Rabu.
Ada tiga sektor yang memiliki permintaan tertinggi terhadap pekerja migran Indonesia: perhotelan, kesehatan, dan minyak dan gas.
Fawzia mengatakan, dari total 2,3 juta tenaga kerja asing di Qatar, saat ini hanya terdapat sekitar 21.000 tenaga kerja Indonesia.
Saat meresmikan acara Business Matching tersebut, beliau menyampaikan bahwa Business Matching merupakan salah satu acara tahunan Indonesia Labour Market (ILM) yang mempertemukan perusahaan atau pemberi kerja di Doha dengan perusahaan yang merekrut pekerja migran Indonesia.
Pada acara yang digelar Rabu, perusahaan yang merekrut pekerja migran asal Qatar dan Indonesia juga menandatangani perjanjian kerja sama.
Acara tersebut dihadiri oleh 96 perusahaan asal Qatar, khususnya yang bergerak di sektor perhotelan, ritel, manufaktur, minyak dan gas, transportasi, dan kesehatan, serta sekitar 20 perusahaan yang merekrut pekerja migran Indonesia.
Fouzia berharap para pengusaha yang hadir pada acara tersebut dapat mempekerjakan sebanyak-banyaknya pekerja migran Indonesia.
Ia menambahkan: “Saya yakin kehadiran pekerja migran Indonesia akan mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan perusahaan di Qatar.”
Ia juga menyampaikan harapannya agar forum ini menjadi sarana komunikasi yang baik antara perusahaan di Qatar dengan perusahaan rekrutmen ekspatriat Indonesia yang berpartisipasi dalam acara ini.
Berita terkait: Kementerian menyelenggarakan pencocokan bisnis di UEA untuk memperluas pasar tenaga kerja
Berita Terkait: KKI Expo 2023 mencatatkan transaksi bisnis senilai Rs 207,3 miliar
More Stories
Visi Asia 2021 – Masa Depan dan Negara Berkembang
Ketenangan yang aneh menyelimuti penangkapan mantan penduduk Delft di Indonesia – seorang jurnalis kriminal
Avans+ ingin memulihkan jutaan dolar akibat kegagalan pelatihan dengan pelajar Indonesia