Sebelum pandemi ini berdampak buruk pada bisnis, industri film Indonesia sedang berkembang pesat. The Raid, yang dibintangi Iko Uwais, telah lama dianggap sebagai film aksi klasik, sementara sutradara seperti Timo Tjahjanto terus-menerus mendorong genre ini dengan cara yang inovatif dan menakutkan. “Feminisme Barat Subversif Molly Suriah,”Marlena si pembunuhmenciptakan sensasi di Cannes pada tahun 2017, dan merupakan salah satu dari sejumlah film Indonesia yang meraih prestasi tersebut dalam beberapa tahun terakhir.Pada tahun 2019, Bumilangit meluncurkan serial superhero buatan rumah berbiaya besar, dengan bagian pertama disutradarai oleh sutradara ternama Joko Anwar.
Saat saya menulis surat kepada Mandala baru Selama beberapa waktu terakhir, momentum yang dialami industri film di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Reformasi peraturan pada tahun 2016 membuka pintu bagi… Ratusan juta dolar Investasi asing diperkirakan akan membanjiri, terutama dari Singapura dan Korea Selatan, yang telah membantu membiayai ekspansi besar-besaran dua jaringan teater besar di negara tersebut, Cinema 21 dan CGV. CGV, yang lebih kecil dari keduanya, meningkat dari 19 bioskop dan 139 layar pada tahun 2015 menjadi 67 bioskop dan 389 layar pada tahun 2019, sementara pendapatan meningkat empat kali lipat dari tahun 2014 hingga 2019. Kita dapat berasumsi bahwa skala ekspansi Cinema 21 lebih besar.
Perebutan pangsa pasar bioskop Indonesia didorong oleh peningkatan signifikan jumlah masyarakat yang menjadi penonton bioskop handal. menghargai 52 juta tiket Film-film Indonesia terjual pada tahun 2018, dibandingkan dengan hanya 16 juta pada tahun 2014. Dengan bioskop-bioskop yang bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar dan permintaan yang melonjak, industri ini kemungkinan akan terus tumbuh hingga pandemi menghentikan segalanya.
Film hit baru sutradara Uwe Suryadi, “KKN di Desa Penari,” telah mencetak rekor box office dan menunjukkan secara meyakinkan bahwa segalanya kembali ke jalurnya. Film asing, yang biasanya menjadi andalan Marvel, tetap menjadi penampil sejarah terkuat di box office Indonesia. berdasarkan Analis Industri Bicara Box Office“Avengers Endgame” memegang rekor dengan 11,2 juta tiket terjual pada tahun 2019.
Namun film “KKN” yang baru dirilis, sebuah film horor murahan tentang sekelompok pelajar yang membuat marah semangat pedesaan, menjadi hit di box office. Film ini sudah terjual habis 7 juta tiket Film ini mendekati posisi kedelapan, menjadikannya film yang paling banyak diproduksi di dalam negeri sepanjang masa yang belum selesai. “Endgame” nampaknya tidak akan berhasil, namun film ini akan berakhir dengan pencapaian baru untuk film-film produksi dalam negeri di box office, mengalahkan beberapa film besar Marvel lainnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di sini. Pertama, perkembangan industri ini sebelum pandemi bukanlah suatu kebetulan. Jumlah penonton bioskop di Indonesia terus bertambah, dan terdapat indikasi bahwa mereka akan terus datang ke bioskop untuk tidak hanya menonton tayangan terbaru Marvel CGI, namun juga film-film produksi lokal yang sesuai dengan selera penonton lokal.
Kedua, perubahan struktur industri selama beberapa tahun terakhir memberikan dampak yang besar dan positif. Industri film sebagian besar dimonopoli oleh orang-orang yang dekat dengan Suharto, dan izin untuk mengimpor film asing dikontrol dengan ketat karena alasan keuntungan dan terkadang untuk tujuan nasionalistik atau pesan kepada rezim tersebut. Kini industri ini menjadi lebih liberal, dengan perusahaan-perusahaan yang bersaing bersaing satu sama lain dalam hal harga, layanan, dan konten di pasar yang kurang lebih bebas.
Hasilnya adalah menjamurnya bioskop sebagai respons terhadap kekuatan pasar, yang pada gilirannya akan merangsang (mudah-mudahan) lebih banyak investasi pada produksi lokal berkualitas tinggi, seiring dengan semakin menguntungkannya pasar. Hal ini merupakan contoh nyata dari sebuah industri yang memperoleh manfaat dari keterlibatan lebih banyak modal swasta, lebih banyak persaingan, dan lebih sedikit intervensi negara. Hal ini tidak selalu terjadi di setiap industri di Indonesia, namun hal ini juga terjadi di sini.
Terakhir, keberhasilan besar KKN menunjukkan bahwa belanja konsumen mulai pulih dari kelesuan akibat pandemi. Di Eropa dan Amerika, belanja konsumen berlebihan sehingga menyebabkan inflasi, namun hal ini tidak menjadi kekhawatiran di Indonesia. Kekhawatiran yang lebih besar, menurut saya, adalah belanja konsumen akan sulit pulih setelah pandemi ini. Setidaknya berdasarkan perolehan box office KKN, tampak jelas bahwa penggemar film bersedia menghabiskan pendapatan mereka di bioskop lagi, dan melakukannya dengan kecepatan yang memecahkan rekor box office sepanjang masa. Hal ini merupakan pertanda baik, tidak hanya bagi industri film Indonesia, namun juga bagi perekonomian secara umum.
“Baconaholic. Penjelajah yang sangat rendah hati. Penginjil bir. Pengacara alkohol. Penggemar TV. Web nerd. Zombie geek. Pencipta. Pembaca umum.”
More Stories
Jadwal dan tempat menonton di TV
Kampanye 'Bebaskan Papua Barat' beralih ke media sosial untuk mendapatkan dukungan internasional. · Suara Global dalam bahasa Belanda
Dolph Janssen dan pacarnya Jetski Kramer di X Under Fire untuk Liburan di Indonesia (Lihat Berita)