BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Perdana Menteri Rutte: Permintaan maaf yang mendalam dan kompensasi atas kekerasan di Indonesia

Perdana Menteri Rutte: Permintaan maaf yang mendalam dan kompensasi atas kekerasan di Indonesia

Akan ada skema penyelesaian bagi para korban dan janda.

Pada tahun 2020, Raja Willem-Alexander telah meminta maaf. “Setelah pernyataan pemerintah saya sebelumnya, sekarang saya ingin mengungkapkan penyesalan dan permintaan maaf saya atas kekerasan yang dilakukan pihak Belanda pada tahun-tahun itu,” kata raja dalam kunjungan resmi ke negara itu.

Permintaan maaf yang dalam

Hari ini, Perdana Menteri membuat “permintaan maaf yang mendalam” atas nama Kabinet. Perdana Menteri Rutte mengatakan dalam sebuah pernyataan dari Brussels bahwa itu adalah laporan terobosan dan konfrontatif. “Kita harus menghadapi fakta yang memalukan.” Rota melanjutkan: “Belanda mengobarkan perang kolonial di mana kekerasan ekstrem digunakan secara sistematis dan dalam skala besar, bahkan penyiksaan, yang dalam banyak kasus tidak dihukum.”

Laporan Kemerdekaan, Dekolonisasi, Kekerasan, dan Perang di Indonesia menyatakan bahwa Belanda bertanggung jawab atas kekerasan struktural yang berlebihan selama Perang Kemerdekaan Indonesia (1945-1949). Pada saat itu, para hakim Belanda sangat memahami tentara dan posisi mereka, dan memberikan perhatian khusus pada kepentingan militer.

Menurut penulis laporan tersebut, pengabaian yang berulang kali terhadap peradilan militer memiliki konsekuensi langsung atas penggunaan kekuatan oleh pihak Belanda. Mereka mengatakan kebijakan toleransi menyebabkan impunitas bagi para pendiri.

Pelanggaran yang tidak dianggap jahat, seperti pemerkosaan dan pembunuhan di depan umum, dihukum. Namun sepanjang persidangan, dan di semua tingkatan, ada motif untuk menggagalkan atau mencegah penuntutan.

“Mengatasi semua penyesalan sebelumnya”

“Permintaan maaf adalah momen bersejarah,” kata koresponden politik Vence Lambie. “Apa yang diucapkan hari ini adalah bentuk superlatif dari semua ungkapan penyesalan dan permintaan maaf sebelumnya atas nama Belanda, misalnya oleh para menteri, duta besar dan Raja. Kata-kata ini juga secara tegas ditujukan kepada para veteran dan komunitas Indis di Belanda. Untuk beberapa, permintaan maaf datang terlambat, dan untuk yang lain Itu tidak perlu dilakukan. Tetapi di lingkungan menteri orang tidak mau menunggu lebih lama lagi, dan sekarang penelitian bertahun-tahun telah dengan jelas menunjukkan apa yang diketahui oleh pemerintah Belanda.

READ  Dalam "Tjoet Nja Dhien" Belanda bukan hanya penyerang