BRUSSELS (AP/DPA) – Para pemimpin Uni Eropa dan sepuluh negara Asia Tenggara telah memperkuat hubungan pada pertemuan puncak khusus di Brussel. Namun, mereka tidak sampai pada pernyataan bersama yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. Mereka menegaskan kembali “kebutuhan untuk menghormati kedaulatan Ukraina, kemerdekaan politik dan integritas teritorial.”
Sebelumnya, Perdana Menteri Mark Rutte berharap bisa memenangkan perang melawan Rusia dengan menggambarkan negara-negara ASEAN sebagai kekuatan kolonial dan Ukraina sebagai korban dari keberhasilannya. Negara-negara dengan masa lalu kolonial sendiri mungkin mendukung argumen itu. Beberapa negara pernah sepenuhnya dijajah oleh kekuatan Barat, sementara yang lain menderita dengan cara lain di bawah kolonialisme.
Indonesia dan Filipina mengutuk invasi Rusia ke Ukraina, tetapi Sepuluh tidak. Apalagi dukungan mereka untuk sanksi terhadap Rusia atau Pengadilan Khusus Ukraina, yang antara lain didukung oleh Belanda. Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan setelah pertemuan puncak merayakan 45 tahun kerja sama bahwa kemitraan yang lebih baik antara UE dan ASEAN harus didasarkan pada kesetaraan. “Seharusnya tidak ada pemaksaan ide,” katanya tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Komisi Eropa telah mengumumkan akan menginvestasikan 10 miliar euro untuk infrastruktur di wilayah tersebut. Selain Indonesia, Asosiasi Asia Tenggara meliputi Singapura, Vietnam, Thailand, Brunei, Kamboja, Filipina, Laos, Malaysia, dan Myanmar.
“Penggemar TV Wannabe. Pelopor media sosial. Zombieaholic. Pelajar ekstrem. Ahli Twitter. Nerd perjalanan yang tak tersembuhkan.”
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit