BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

“Kau dan Aku” menggali sejarah kelam politik Indonesia

“Kau dan Aku” menggali sejarah kelam politik Indonesia

Film dokumenter Indonesia You and I karya Fanny Chutima, yang memenangkan Asian Perspective Award di DMZ Docs Festival di Korea, merupakan salah satu highlight dari kerangka Asian Vision di Singapore International Film Festival.

Film tersebut bercerita tentang persahabatan Kamina dan Kosdalini yang telah berlangsung lebih dari 50 tahun sejak mereka bertemu sebagai tahanan politik pada tahun 1965.

Periode 1965 hingga 1966 merupakan masa yang berbahaya bagi Indonesia, karena pembunuhan massal terhadap komunis dan beberapa kelompok etnis pada akhirnya berujung pada tergulingnya pemerintahan Presiden Sukarno.

Film ini diproduseri oleh Yulia Evina Bhara, Amrta Kusuma dan Tazia Teresa Daryanto di bawah bendera KawanKawan Media (pemenang Locarno Prize untuk “Ilmu Fiksi” karya Josep Ange Nouwen), bekerja sama dengan Partisipasi Indonesia. Ini adalah produk dari beberapa laboratorium proyek dan hibah termasuk Festival Film Dokumenter, Docs By The Sea, DMZ Docs Fund, Akatara Financing Forum, dan Super8mm Studio Foundation.

“Kami berinvestasi dalam ‘You and Me’ karena subjeknya yang kuat dan kebutuhan untuk mendokumentasikan dan membuatnya,” kata Bhara. beragam. “Memproduksi film ini juga merupakan perjalanan kami agar generasi muda Indonesia dapat lebih mengenal sejarah kelam kita sebagai sebuah bangsa, khususnya pada tahun 1965 dan dampaknya yang besar bagi masyarakat kita.”

“Kamina dan Kosdalini sangat spesial. Mereka menunjukkan kepada saya indahnya hidup melalui hal-hal sederhana. Cara mereka menjalani kehidupan sehari-hari dan melewati masa tua bersama sangatlah indah, begitu pula cara mereka mengekspresikan kepeduliannya melalui gerak tubuh yang sederhana,” kata Schuttemann, seorang penulis lepas yang membuat debut penyutradaraannya. beragam. “Perasaan kesepian, sebaliknya, adalah sesuatu yang harus Kamina hadapi. Semua perasaan ini sangat manusiawi karena kita semua pasti mengalami dan/atau mengalaminya.

Film ini akan tayang perdana di Indonesia pada Jogja-NETPAC Asian Film Festival, sebagai film penutup, dan rencananya akan tayang di bioskop tanah air pada awal tahun 2021.

Shutima saat ini sedang dalam tahap penelitian untuk proyek dokumenter fitur berikutnya, yang juga akan diproduksi oleh Kawan Kawan.

Bhara dan KawanKawan memiliki beberapa proyek yang sedang dikerjakan. Film dokumenternya antara lain “Passprot Sound” karya Nouwen, tentang band rock remaja dari sebuah desa di Indonesia; Treasure of Sumatra, film fitur debut Anja Dennis tentang kehidupan harimau Sumatra, penduduk desa Sumatra, dan pembuat film, sedang dalam pengembangan; dan “Nyanyian Desa Cengkih” karya veteran Dwi Sujanthi Nograhini yang berkisah tentang perkebunan cengkeh di Indonesia bagian utara.

Adapun film layar lebarnya adalah “The Autobiography” karya sutradara Maqbool Mubarak yang sedang dalam tahap praproduksi, “The Generation and the Man with Two Names” karya Josep Ange Nouwen yang sedang dalam tahap pendanaan, dan “ The Song Maker” oleh Bayo Prehantoro Filemon yang sedang dalam tahap pendanaan. Pelatihan pengembangan.

Di Asia Tenggara, Bhara ikut memproduseri “Tiger Stripes” karya Amanda Neal Yeo (Malaysia) dan “Whether The Weather Is Fine” (Filipina) karya Carlo Francisco Manatad.