Ras tampaknya diberikan, tetapi penelitian menunjukkan bahwa itu fleksibel. Robert Rodemakers, seorang kandidat PhD di University of Rodwood (RU), dan Andre von Horn, seorang peneliti di RU, menemukan bahwa kelahiran tidak ditentukan dalam ras, tetapi dapat berubah di kemudian hari dalam kehidupan seseorang.
Gagasan bahwa ras stabil sejak lahir telah ada sejak lama. Misalnya, Van Horn mengatakan bahwa ras di Belanda ditentukan oleh Biro Pusat Statistik (CBS) berdasarkan negara kelahiran. Ini berbeda di negara lain. Misalnya, bahasa yang Anda gunakan, kasta Anda, atau warna kulit Anda mungkin bergantung pada ras. Dalam studi tersebut, Rademakers dan Van Hoorn melihat data jutaan orang dari Indonesia, India, dan Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa ras beberapa orang dapat berubah seiring waktu.
Mengapa ras berubah?
Menurut peneliti, ras bukanlah fenomena biologis, melainkan perasaan yang dialami manusia. ‘Saya bukan orang Belanda, tidak, saya merasa orang Belanda,’ kata Van Horn. Jadi ras Anda tidak ditentukan saat lahir, tetapi Anda menentukan diri Anda nanti. Indonesia adalah contoh menarik dari penelitian Redmakers dan Van Horn. Di sana, ras dikaitkan dengan bahasa yang digunakan oleh orang-orang. Van Horn menjelaskan bahwa ada banyak bahasa yang berdampingan di Indonesia. Hasilnya, penelitian tersebut menemukan bahwa sekarang mungkin seseorang merasa bahwa mereka berasal dari ras yang berbeda.
Van Horn berpendapat bahwa perubahan rasial sering terjadi karena pemicu tertentu. Misalnya, ia mengutip pengalaman seperti pindah rumah atau menikah dengan seseorang dari ras yang berbeda. Para peneliti melihat bahwa ketika dua orang dari kasta yang berbeda menikah di India, pasangan tersebut mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota kasta lain dari waktu ke waktu.
Implikasi kebijakan
Karena ras diukur dengan cara yang berbeda, ini berimplikasi pada perdebatan tentang ras. Misalnya, Van Horn menggambarkan sebuah peristiwa di sekolah campuran Amerika di mana siswa sering mengidentifikasi diri mereka sebagai ras yang sama setelah beberapa saat. Tampaknya ada perpecahan di atas kertas karena setiap orang mengaku berasal dari ras yang sama dengan diri mereka sendiri. Menurut Van Hoore, ini bukanlah segregasi, melainkan sebuah contoh adaptasi dan keterbukaan masyarakat untuk menerima perubahan rasial orang lain.
Di Belanda, ras masih diukur dengan negara kelahiran Anda dan orang tua Anda. Misalnya, orang secara otomatis diklasifikasikan sebagai orang Turki generasi kedua, meskipun mereka merasa seperti orang Belanda. ‘Orang-orang itu tidak dapat membenarkan pemikiran tentang diri mereka sendiri,’ kata Van Horn. Menurut Van Horn, studi statistik Belanda di masa depan mungkin juga menanyakan tentang emosi, karena penelitian menunjukkan bahwa ras tidak statis tetapi berdasarkan emosi.
“Penggemar TV Wannabe. Pelopor media sosial. Zombieaholic. Pelajar ekstrem. Ahli Twitter. Nerd perjalanan yang tak tersembuhkan.”
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit