Bagaimana jika Indonesia menjadi jajahan Belanda? Dengan membalikkan sejarah, seniman dari Indonesia dan Belanda menunjukkan perspektif baru tentang 'bagaimana jika'.

Sejarah Belanda dan Indonesia saling terkait. Dimulai pada tahun 1619 dan berakhir dengan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Hal ini menjadikan Belanda negara yang penting dan makmur. Bagi Indonesia, hal ini terutama menimbulkan dampak negatif seperti eksploitasi, kesenjangan ras dan perbudakan. Dalam pameran 'What If' peran penjajah dan terjajah dibalik.


Pameran ini dikurasi dan diproduksi atas nama Yayasan Utopisch Genootschap oleh Franz Helling dan Sam DeGio bekerja sama dengan Simone Memel. Upacara pembukaan festival akan diadakan pada 12 Juli 2024 pukul 5 sore di Harlem.

Artis

Agung Mangu Putra

Pelukis Indonesia Agung Mangu Putra dalam lukisannya 'K.H. Lukisan Agus Salim Bertemu Van Moog dipajang. Putra lulus dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Yogyakarta dengan spesialisasi desain komunikasi visual.

Agung Mangu Putra – Diplomasi 2020

Eric Julius Varekamp

Varekamp adalah seorang ilustrator dan belajar di Akademi Rietveld. Dia menciptakan buku komik dan ilustrasi untuk surat kabar dan majalah seperti NRC-Handelsblad dan de Volkskrant. Gambar 'Bernhard, Prins zur Lippe-Biesterfeld' adalah bagian dari pameran.

Fred Benyamin

Benjamins, lahir di Jogjakarta dan meninggal di Haarlem pada tahun 2012, adalah seorang pelukis, juru gambar, dan pematung asal Belanda. Ia terutama menciptakan karya seni abstrak dan non-figuratif, termasuk 'balok kayu Nusantara'.

ILAP Lansekap Interior

Meski ILAP masih aktif, ini merupakan kolaborasi terakhirnya dengan pelukis Belanda Aldert Mondje. Bersama Andries Mesman, Mandje mengembangkan ide instalasi ini sesaat sebelum kematiannya pada Desember 2023. Instalasi tersebut menampilkan model yang digali pada tahun 1949 di koloni Indonesia sekitar tahun 1600 Masehi.

READ  AZ bergabung dengan Gomvalius sebagai pelatih spesialis

Pekerjaan Neefges

Neefjes menciptakan cerita dalam fotonya sendiri yang nyata dan bukan rekayasa. Dalam Stang ia bercerita tentang konflik penggunaan kata 'stang' dalam bahasa Indonesia oleh kolonial Belanda sebagai protes terhadap pendudukan Belanda.

Nasir

Nasirun mulai menggambar sejak usia dini. Pada tahun 1983 ia lulus dari Sekolah Seni Indonesia dengan gelar di bidang seni ukir kayu. Pada tahun 1987 ia lulus dengan gelar Seni Rupa. 'What If' menampilkan 3 karyanya.

Nasirun - Jenderal de Kock 2014

Nasirun – Gerard de Kock

Rob Reynolds

Seniman Belanda-Maluku Reynold dibesarkan di Friesland dan Amsterdam. Sejak usia dini dia menyadari celah dalam identitasnya. Keahlian Renault adalah menghilangkan bobot topik-topik kompleks seperti identitas dan status minoritas.

Rob Reynold - Presiden Belanda

Rob Reynold – Presiden Belanda

Samuel Indrama

Indratma adalah anggota Apotic Komik, sebuah kelompok seniman aktivis sayap kiri yang aktif antara tahun 1997 dan 2005 yang menciptakan seni publik di Yogyakarta, Indonesia. Kelompok ini membayangkan seni publik mereka sebagai alat interaksi sosial. Dalam 'What If' ia membuat animasi tentang kunjungan Sukarno ke Belanda.

Entri gratis

Pameran 'Bagaimana jika' dapat dilihat di Paviljoen Welgelegen, Dreef 3 di Haarlem pada hari kerja dari 12 Juli hingga 7 Oktober 2024 mulai pukul 09.00 hingga 17.00. Tiket masuknya gratis.

Paviliun Welgelegen

Kunjungi pameran sejarah yang sedang berlangsung 'Selamat Datang di Welkelegan' di Paviliun Welkelegan. Pameran tentang sejarah bangunan beserta penghuni dan penggunanya. Selain itu, ada rangkaian 'Drief Exhibition' yang fokusnya pada karya seniman Belanda Utara dan koleksi seni provinsi Belanda Utara. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi: www.paviljoenwelgelegen.nl.