Setelah analisis menyeluruh, European Aviation Authority (EASA) menyatakan bahwa pesawat dapat kembali beroperasi dengan aman.
Kecelakaan pesawat 737 MAX di Indonesia dan Ethiopia menewaskan 346 orang. Setelah kecelakaan kedua, pada Maret 2019, penerbangan dengan pesawat dilarang di seluruh dunia. Belakangan ternyata bencana itu akibat kegagalan sistem keselamatan yang terus mendorong hidung pesawat ke bawah. Cacat ini diatasi dengan memperbarui perangkat lunak.
Belakangan, badan pengatur AS FAA dikritik tajam karena badan tersebut tidak cukup memverifikasi Boeing sehingga tidak bisa menjamin keselamatan penumpang.
Sudah diterima di Amerika Serikat sebelumnya
Amerika Serikat dan Brasil mencabut zona larangan terbang pada November tahun lalu. Di Kanada, pesawat diizinkan terbang lagi mulai pekan lalu. EASA telah menyatakan pada November bahwa mereka diharapkan menerima mandat Eropa “mulai pertengahan Januari”.
Diperlukan beberapa waktu sebelum pesawat mengambil penumpang lagi, menurut EASA. Bagaimanapun, sejumlah kondisi harus dipenuhi terlebih dahulu. Misalnya, pembaruan perangkat lunak harus dilakukan, pilot harus menerima pelatihan, dan setiap pesawat tanpa penumpang harus diuji.
Di Belanda, operator tur TUI memiliki pesawat di armadanya. Sebelum dua bencana melanda, 737 MAX adalah salah satu pesawat terlaris Boeing.
“Spesialis budaya pop. Ahli makanan yang setia. Praktisi musik yang ramah. Penggemar twitter yang bangga. Penggila media sosial. Kutu buku bepergian.”
More Stories
Visi Asia 2021 – Masa Depan dan Negara Berkembang
Ketenangan yang aneh menyelimuti penangkapan mantan penduduk Delft di Indonesia – seorang jurnalis kriminal
Avans+ ingin memulihkan jutaan dolar akibat kegagalan pelatihan dengan pelajar Indonesia