BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Debu bulan: Terobosan konstruksi bulan: Para ilmuwan menggunakan fusi matahari untuk membangun jalan di bulan

Debu bulan: Terobosan konstruksi bulan: Para ilmuwan menggunakan fusi matahari untuk membangun jalan di bulan

Para ilmuwan percaya bahwa debu bulan suatu hari nanti dapat berfungsi sebagai bahan mentah untuk membangun jalan dan landasan pendaratan di Bulan dengan memanfaatkan sinar matahari terkonsentrasi melalui lensa besar, berdasarkan eksperimen yang dilakukan di Bulan. Tanah Melibatkan fusi simulasi yang diinduksi laser Tanah bulantersebut ruang angkasa titik com.
Debu di Bulan sebagian besar terdiri dari batuan vulkanik bulan yang telah digiling menjadi bubuk halus selama jutaan tahun akibat dampak kosmik dan radiasi. Meskipun Bulan tampak putih karena pantulan sinar matahari, sebenarnya sebagian besar tanahnya gelap. kelabu.
Berbeda dengan Bumi yang terkikis oleh angin dan air, Bulan tidak memiliki proses ini. Akibatnya, debu bulan mengandung banyak partikel bertepi tajam, jelas Juan Carlos Genis Palomares, insinyur luar angkasa di University of California. Universitas Allen di dalam Jerman. Properti abrasif ini Debu bulan Ini menimbulkan bahaya besar bagi eksplorasi ruang angkasa. Terlebih lagi, debu bulan biasanya membawa muatan listrik, membuatnya sangat lengket dan lengket, menurut Genis-Palomares. Sifat lengket ini dapat menyebabkan kerusakan pada pendarat bulan, pakaian antariksa, dan potensi masalah kesehatan jika terhirup.
Untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh debu bulan terhadap penjelajah di permukaan bulan, salah satu solusinya adalah dengan membuat mereka melakukan perjalanan melalui jalan yang sudah dibangun. Namun, mengangkut bahan bangunan dari dalam tanah membutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena itu, para peneliti bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya bulan semaksimal mungkin. Dalam penelitian terbaru, Ginnis Palomares dan rekannya bereksperimen dengan bahan berbutir halus yang disebut EAC-1A, yang dikembangkan oleh… Badan Antariksa Eropa Sebagai alternatif pengganti tanah bulan, untuk melihat apakah sinar matahari terkonsentrasi dapat melelehkan debu bulan menjadi lempengan batu padat.
Dalam percobaan mereka, para ilmuwan mensimulasikan sinar matahari terkonsentrasi menggunakan laser dengan kekuatan dan ukuran berbeda, beberapa memiliki daya mencapai 12 kilowatt dan lebar sekitar 4 inci (10 sentimeter). Mereka berhasil memproduksi ubin segitiga berongga dengan lebar sekitar 9,8 inci (25 cm) dan tebal sekitar 1 inci (2,5 mm). Ubin ini dapat saling bertautan untuk membentuk permukaan padat di area tanah bulan yang luas untuk digunakan dalam pembangunan jalan dan landasan pendaratan.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sinar matahari atau sinar laser yang intens dapat menggabungkan tanah bulan menjadi struktur yang tahan lama, namun percobaan belum pernah menghasilkan gumpalan sebesar ini, atau menggunakan sinar cahaya dengan ukuran dan kekuatan sebesar ini. Menurut Genis-Palomares, untuk memfokuskan sinar matahari dan menghasilkan sinar sekuat yang digunakan dalam eksperimen di Bulan, diperlukan lensa berdiameter sekitar 5,7 kaki (1,74 meter).
Pendekatan ini memungkinkan pembuatan ubin bulan menggunakan peralatan sederhana dalam waktu yang relatif singkat, sehingga memberikan solusi yang menjanjikan Konstruksi bulan. Eksperimen di masa depan akan mengevaluasi ketahanan ubin ini terhadap rudal guna menentukan kesesuaiannya untuk landasan pendaratan. Para peneliti juga dapat melakukan pengujian dalam kondisi simulasi bulan, seperti kondisi tanpa atmosfer dan gravitasi rendah, seperti dalam penerbangan parabola. Tes semacam itu sangat penting untuk memverifikasi kelayakan teknologi sebelum menerapkannya ke Bulan, seperti yang ditekankan oleh Genis Palomares.