Di Indonesia, Prabowo Subianto terpilih sebagai presiden negara demokrasi terbesar ketiga di dunia pada putaran pertama akhir pekan lalu. Kemenangan menakjubkan sekitar 58 persen suara. Pada saat yang sama, ada kekhawatiran besar mengenai apakah hak asasi manusia, nilai-nilai demokrasi, dan institusi berada di tangan yang tepat di bawah kepemimpinan Prabowo.
Presiden baru, Prabowo (72), merupakan kenalan lama di Indonesia. Ia adalah seorang jenderal Angkatan Darat pada tahun 1990-an dan menantu Presiden Sukarto saat itu. Prabowo bertanggung jawab atas penculikan dan hilangnya ratusan aktivis anti-Suharto. Selama krisis utang pada tahun 1997, tiga puluh tahun kemudian, masyarakat memberontak secara massal melawan nepotisme dan korupsi yang merajalela di klan Suharto. Pada tahun 1998, ia harus mengundurkan diri karena tekanan dari tentara.
Namun meski ada upaya dari lawan-lawannya untuk memasukkan masa lalunya ke dalam agenda politik, masa lalu kelam Prabowo tidak berperan dalam kampanye pemilu baru-baru ini. Indonesia adalah negara yang separuh penduduknya berusia di bawah tiga puluh tahun. Anak-anak muda ini tidak tahu banyak tentang krisis utang, korupsi, dan pemberontakan melawan elit penguasa Suharto.
Prabowo juga melakukan kampanye gambar yang cerdik di TikTok. Ia memposting video-video lucu khusus untuk kaum muda dan menampilkan dirinya sebagai kakek bangsa. Namun yang lebih penting adalah dukungan yang ia terima dari Presiden Jokowi, ketika ia menunjuk putranya Gibran sebagai pasangannya.
Karena dukungan nyata ini, penyelidikan terhadap kemungkinan kecurangan pemilu telah diluncurkan. Sebagai imbalan atas dukungan tersebut, tidak ada yang meragukan bahwa Prabowo harus memastikan bahwa kepentingan politik dan ekonomi kelompok yang mendukung mantan Presiden Jokowi terlindungi. Dan bersama Prabowo, klan Suharto mendapatkan kembali kendali atas Indonesia untuk pertama kalinya dalam hampir tiga puluh tahun.
Selama kampanyenya, Prabowo berjanji menjadi presiden inklusif yang akan melindungi kepentingan minoritas (Kristen). Namun para pemantau internasional dan organisasi hak asasi manusia di Indonesia khawatir bahwa hal ini tidak akan membuahkan hasil.
Mereka melihat demokrasi Indonesia sedang mengalami kemunduran. Pemerintahan Jokowi telah melakukan intervensi terhadap putusan Mahkamah Konstitusi dan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Undang-undang yang membatasi hak-hak sipil dan kebebasan berekspresi bagi masyarakat Indonesia sudah ada. Prabowo diharapkan memenuhi janji pemilunya dan tidak semakin melemahkan pilar demokrasi Indonesia. Namun sinyalnya mengkhawatirkan.
Komentar merupakan pendapat Drew yang diungkapkan oleh staf editorial dan editor senior.
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit