“Dalam perang, kebenaranlah yang pertama mati.” Ternyata hal ini juga berlaku pada perang Indonesia tahun 1945-1950 Hindia Belanda kalah… menjual perang kolonial. Perang kolonial di bekas Hindia Belanda “dijual” kepada rakyat Belanda dan dunia internasional dengan menggunakan tipu muslihat, sensor dan propaganda.
“tajam dan mendesak”★★★★ Dewan Pengungsi Norwegia
Selama beberapa dekade, pemerintah Belanda mempertahankan kerangka perang yang adil di Indonesia (1945-1949) melalui propaganda dan keputusan politik. Dengan berkedok “tindakan polisi”, para politisi mampu memasarkan perjuangan ini kepada masyarakat, tanpa menaruh perhatian pada kekerasan yang berlebihan pada masa Bersyab. Para sejarawan ternama dunia antara lain dari Indonesia, Australia, Amerika, dan Belanda akan berbicara untuk memberikan wawasan tentang sejarah yang kompleks ini.
Hindia Belanda kalah… menjual perang kolonial Ini menempatkan perang dan sejarah ini, untuk pertama kalinya, dalam konteks politik internasional pada saat itu dan menunjukkan bagaimana berbagai kerangka terus mempengaruhi hingga hari ini. Film dokumenter sutradara In-Soo Radstake memenangkan Image & Sound IDFA ReFrame Award di Festival Film Dokumenter Amsterdam.
“Sangat berhasil mengungkap gambaran seputar Hindia Belanda” ★★★★ de Volkskrant
“Global dan relevan” ★★★ Trouw
“Mengejutkan, tapi akurat” ★★★★ Total Film
“Jelas bukan film dokumenter sejarah yang membosankan” ★★★1/2 Majalah bioskop
sedang membaca Di Sini Wawancara Filmkrant dengan sutradara In-Soo Radstake.
“Baconaholic. Penjelajah yang sangat rendah hati. Penginjil bir. Pengacara alkohol. Penggemar TV. Web nerd. Zombie geek. Pencipta. Pembaca umum.”
More Stories
Jadwal dan tempat menonton di TV
Kampanye 'Bebaskan Papua Barat' beralih ke media sosial untuk mendapatkan dukungan internasional. · Suara Global dalam bahasa Belanda
Dolph Janssen dan pacarnya Jetski Kramer di X Under Fire untuk Liburan di Indonesia (Lihat Berita)