Penyelenggaraan pertemuan pendidikan kerajaan di Asen dikejutkan dengan kritikan kaum royalis yang mengundang duta besar Indonesia ke acara tersebut.
Menurut salah satu penyelenggara, Antes Marijanan, pertemuan akhir September di Museum Drents itu tidak bersifat politis. “Pendidikan di Maluku terpusat. Atase Pendidikan Indonesia juga hadir. Tapi duta besar dan atase tidak bisa hadir. Ada kepala desa dari Ambon yang hadir.
surat
Lima warga Maluku menyurati Walikota Marko Ot van Assen untuk meminta klarifikasi alasan duta besar Indonesia diundang. Mereka menilai tidak pantas jika perwakilan pemerintah Indonesia di Belanda menghadiri pertemuan bertema 70 tahun Rakyat Maluku di Belanda. Menurut mereka, persoalan ini masih sangat sensitif di kalangan masyarakat Maluku yang memandang Indonesia sebagai penindas terhadap masyarakat Maluku.
Bukankah seharusnya duta besar datang ke Essen?
Marijanan tak paham dengan kritikan rekan-rekannya di Maluku. “Artinya Pak Dubes tidak boleh datang ke Assen. Sekali lagi, pertemuan itu bukan soal politik atau masa lalu prajurit KNIL. Penulis surat tidak berkomunikasi dengan kami dan tidak menghadiri pertemuan. Ini memalukan. , dan kami dapat menjelaskannya.”
“Spesialis budaya pop. Ahli makanan yang setia. Praktisi musik yang ramah. Penggemar twitter yang bangga. Penggila media sosial. Kutu buku bepergian.”
More Stories
Visi Asia 2021 – Masa Depan dan Negara Berkembang
Ketenangan yang aneh menyelimuti penangkapan mantan penduduk Delft di Indonesia – seorang jurnalis kriminal
Avans+ ingin memulihkan jutaan dolar akibat kegagalan pelatihan dengan pelajar Indonesia