Pasar pangan global kembali terpukul oleh larangan ekspor minyak sawit Indonesia. Karena minyak sawit mentah masih bisa diekspor, pengaruh perdagangan Belanda tidak terlalu buruk. Sebagian besar minyak sawit yang diproses di Belanda adalah minyak mentah.
Kementerian Pertanian Indonesia mengumumkan pada hari Selasa bahwa mereka akan melarang ekspor minyak sawit olahan. Ini adalah minyak yang sudah dimurnikan, berubah warna dan dihilangkan baunya. Mulai Kamis, Indonesia hanya akan mengekspor minyak sawit mentah.
Indonesia merupakan pengekspor minyak sawit terbesar di dunia. Bersama dengan Malaysia, itu menyumbang 85 persen dari ekspor global. Pada tahun 2020, negara-negara di dunia mengimpor minyak sawit senilai $17,9 miliar dari Indonesia. Pemantauan kompleks ekonomikan
Minyak nabati – berasal dari buah-buahan dengan kulit berduri dan daging jeruk – digunakan dalam berbagai produk supermarket. Biskuit dan saus, tapi pikirkan sampo dan sabun. Di negara-negara Asia seperti Indonesia, minyak banyak digunakan untuk menggoreng dan menggoreng.
Akibat larangan ekspor, pemerintah Indonesia ingin menekan harga domestik dan kelangkaan minyak goreng. Minyak goreng lainnya seperti minyak kelapa tidak lagi diizinkan keluar negeri. Dalam beberapa bulan terakhir, menjadi relatif mahal bagi orang Indonesia untuk menyimpan minyak sawit untuk perayaan Idul Fitri mendatang. Senin depan, negara, rumah bagi 87 persen populasi Muslim lebih dari 275 juta, akan merayakan akhir Ramadhan.
Ketika perang di Ukraina dimulai pada akhir Februari, harga hampir semua minyak nabati di seluruh dunia naik tajam. Hal ini disebabkan kekurangan parah minyak bunga matahari, yang muncul karena penangguhan perdagangan dengan Ukraina, eksportir utama. Maka, perusahaan mulai mencari alternatif, termasuk kelapa sawit.
Indonesia sebelumnya mengenakan pajak ekspor yang lebih tinggi untuk minyak nabati. Produsen terkemuka Argentina (minyak kedelai) dan Hongaria (minyak bunga matahari) sebelumnya telah memberlakukan pembatasan ekspor.
Karena panen buah sawit yang mengecewakan di Indonesia, sudah ada kekurangan di Ukraina sebelum perang. Pasca wabah korona, pasokan minyak sawit menurun akibat kekurangan tenaga kerja di lahan tersebut.
Apa implikasi dari embargo ekspor di pasar dunia dan Belanda?
1 Apa pengaruh larangan ekspor terhadap pasar global?
Negara-negara yang membeli minyak sawit olahan dalam jumlah besar dari Indonesia, seperti India, China, Pakistan, dan Spanyol, terkena embargo. Sekitar 30 persen dari minyak sawit yang diimpor India setiap tahun dimurnikan – sekitar 2,4 juta ton minyak sawit olahan. Bahkan jika kontrak pasokan masih berjalan, kekurangan yang parah dapat terjadi. Organisasi Rantai Belanda (MVO) untuk minyak dan lemak mengatakan embargo ekspor biasanya berada di bawah ‘force majeure’. Negara-negara tersebut perlu mencari alternatif seperti penyulingan minyak mentah sendiri, beralih ke jenis minyak lain atau membeli dari negara lain.
2 Bagaimana hal ini mempengaruhi pasar Belanda?
MVO mengatakan pasar Belanda ‘tidak atau jarang’ terpengaruh oleh larangan ekspor minyak sawit Indonesia. Belanda terutama mengimpor minyak mentah dan minyak sawit keras. Kurang dari 5 persen minyak sawit yang dibeli dari negara lain di Belanda disuling. Menurut Franz Klaassen, kepala organisasi rantai, Belanda memurnikan sebagian besar minyak sawit. Perusahaan besar seperti Kargil dan Wilmer mengolah minyak dan menjualnya ke pelanggan Belanda dan Eropa.
Selain itu, Belanda banyak mengimpor minyak sawit dari negara lain: pada tahun 1721 hanya 17,5 persen dari total impor yang berasal dari Indonesia. Sisanya dari Malaysia, Papua Nugini dan Amerika Latin.
Jika sesekali terjadi kelangkaan minyak sawit olahan, MVO mengatakan bahwa hal itu dapat diselesaikan secara wajar dengan memurnikan sendiri kelebihan minyak tersebut atau dengan mengimpornya dari negara lain.
Lengan internasional Unilever tidak mengantisipasi kekurangan besar dalam rantai pasokan, termasuk konsumen. Perusahaan telah lama mengatakan “mengurangi risiko dan menjaga rantai pasokan tetap fleksibel.”
3 Apa yang akan diperhatikan konsumen Belanda?
Karena banyaknya minyak sawit yang disuling di Belanda, terutama minyak mentah yang diimpor, konsumen Belanda tidak akan memperhatikan larangan ekspor. Harga minyak nabati yang sudah naik akan meningkat lebih lanjut sebagai akibat dari embargo. Pada akhirnya, ini akan tercermin dalam harga barang-barang di supermarket.
Misalnya, harga minyak kedelai meroket Jumat lalu ketika Presiden Indonesia Joko Widodo mengumumkan larangan. Klaasen memperkirakan tren kenaikan tajam dari MVO ini telah berubah dan akan terus berlanjut, karena sekarang jelas bahwa larangan tersebut berlaku untuk minyak goreng dan bukan minyak sawit mentah.
Versi artikel ini muncul di surat kabar edisi 27 April 2022
“Penggemar TV Wannabe. Pelopor media sosial. Zombieaholic. Pelajar ekstrem. Ahli Twitter. Nerd perjalanan yang tak tersembuhkan.”
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit