Selama lebih dari lima tahun, David Van Rybroek mengerjakan bukunya tentang Indonesia, yang menulis sejarah sebagai negara pertama yang mendeklarasikan kemerdekaan setelah Perang Dunia II. Semakin lama ia meneliti, semakin heran sejarawan Belgia itu tentang posisi Belanda pada saat itu dan sekarang. “Saya mengetahui aspek Belanda yang mengecewakan saya.”
Jakarta, 14 Januari 2016. David Van Rybroek bekerja di kamar hotelnya saat ia dilanda ledakan dahsyat.
Bab pertama dari buku barunya Revolusi Ini dimulai sebagai film yang menarik. Serangan teroris dilakukan oleh ekstremis Muslim di sekitar sudut hotelnya. Tiba-tiba dia berada di puncak berita dunia. Bersama dengan jurnalis Prancis, dia bekerja untuk radio dan televisi Prancis, Belgia, dan Swiss. Serangan itu menewaskan delapan orang, termasuk empat pelaku, dan 24 luka-luka.
Keesokan harinya semuanya berakhir. Ketika menjadi jelas bahwa tidak ada korban jiwa seperti serangan di Bali tahun 2002, ketika 200 orang (kebanyakan orang Barat) terbunuh, perhatian internasional dengan cepat memudar.
Itu adalah ucapan yang menyakitkan. “Indonesia sekali lagi menjadi raksasa diam yang jarang Anda dengar di luar Asia Tenggara.”
“Spesialis budaya pop. Ahli makanan yang setia. Praktisi musik yang ramah. Penggemar twitter yang bangga. Penggila media sosial. Kutu buku bepergian.”
More Stories
Visi Asia 2021 – Masa Depan dan Negara Berkembang
Ketenangan yang aneh menyelimuti penangkapan mantan penduduk Delft di Indonesia – seorang jurnalis kriminal
Avans+ ingin memulihkan jutaan dolar akibat kegagalan pelatihan dengan pelajar Indonesia