Dua pusat data sementara nasional di Indonesia diretas pada Kamis lalu. Sejak itu, ratusan layanan digital pemerintah telah dikunci. melaporkan itu Kantor Berita AP. Para penyerang dunia maya meminta uang tebusan sebesar delapan juta dolar (lebih dari tujuh juta euro), namun pemerintah Indonesia menyatakan tidak bersedia membayar. Lembaga Penelitian Keamanan Siber Indonesia menyebut ini merupakan salah satu serangan siber terbesar di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir.
Sekitar dua ratus layanan digital pemerintahan yang digunakan oleh jutaan masyarakat Indonesia diserang. Misalnya, izin yang ada saat ini tidak dapat diajukan dan calon mahasiswa tidak dapat mendaftar di universitas. Untuk sementara waktu tidak memungkinkan untuk mengeluarkan visa kepada penumpang di bandara, namun masalah tersebut kini telah teratasi. kata seorang pejabat senior Kementerian Komunikasi dan Informatika RI kepada wartawan dari kantor berita AP.
Peretas menggunakan versi terbaru dari ransomware LockBit yang disebut Brain Cipher dalam serangan itu. Itu Pos Jakarta. Lockbit adalah pembuat ransomware. Peretas juga menggunakan layanan mereka di Belanda.
Dengan imbalan delapan juta dolar, para peretas melepaskan data para sandera. Namun pemerintah mencoba mengakses data terenkripsi dengan cara lain. Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Ari Chettyadi mengatakan kepada AP bahwa dia tidak mau membayar uang tebusan.
Baca selengkapnya
Lockbit, geng ransomware paling berbahaya, menyerukan pemerasan 24 jam sehari.
“Penggemar TV Wannabe. Pelopor media sosial. Zombieaholic. Pelajar ekstrem. Ahli Twitter. Nerd perjalanan yang tak tersembuhkan.”
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit