Parlemen Suriah mengumumkan bahwa Suriah akan mengadakan pemilihan presiden pada 26 Mei. Pada kesempatan itu, Presiden Bashar al-Assad diharapkan mendapatkan masa jabatan tujuh tahun keempat.
Keluarga Assad telah menekan Suriah selama 50 tahun, dengan dukungan layanan keamanan yang kuat. Bashar al-Assad menggantikan mendiang ayahnya Hafez pada 2000. Ia terpilih kembali pada 2007 dan 2014, dengan masing-masing 97 dan 88 persen suara. Barat menggambarkan jajak pendapat itu tidak adil dan tidak adil.
Kondisi saingan de facto potensial Assad menghalangi partisipasi kandidat oposisi. Hanya warga Suriah yang terus tinggal di negara mereka selama sepuluh tahun terakhir yang dapat mencalonkan diri dalam pemilihan, tetapi penentang rezim hidup dalam pengasingan di luar negeri demi keselamatan mereka sendiri. Selain itu, pencalonan mereka harus didukung oleh 35 anggota parlemen, sementara partai Baath dari Assad mendominasi parlemen.
Kehancuran dan kemiskinan
Perang saudara di Suriah meletus pada 2011 setelah protes terhadap Assad ditumpas secara brutal. Sepuluh tahun kemudian, Assad mendapatkan kembali kendali atas sebagian besar negara, berkat bantuan militer dari Rusia dan Iran. Oposisi berhasil dipukul mundur di Provinsi Idlib. Sebagian besar negara telah hancur dan populasinya menjadi sangat miskin. Jutaan warga Suriah telah meninggalkan negara itu.
Warga Suriah di luar negeri diizinkan untuk memberikan suara dalam pemilihan presiden pada 20 Mei.
More Stories
Foto yang digunakan influencer Belanda untuk menyebarkan propaganda pro-Trump
Ukraina mungkin mengerahkan pesawat F-16 Belanda di Rusia
Anak-anak Jerman meninggal setelah sebuah lubang runtuh di bukit pasir di Denmark