Pihak berwenang Jerman semakin yakin bahwa penyabot Ukraina bertanggung jawab atas pemboman pipa gas Nord Stream pada September lalu. Namun, pertanyaan besarnya adalah apakah pemerintah Ukraina, jika dianggap bertanggung jawab, telah memberikan perintah tersebut. Hal ini dilaporkan oleh majalah mingguan Jerman Der Spiegel, yang menerbitkan hasil penelitian berbulan-bulan bekerja sama dengan saluran TV ZDF pada hari Jumat.
Para pejabat intelijen Jerman meragukan Zelensky sendiri yang mengetahuinya, dan sedang mempertimbangkan kemungkinan bahwa pasukan militer atau dinas rahasia Ukraina melakukan operasi tersebut secara independen. Kemungkinan kelompok paramiliter beroperasi sendiri masih tetap mungkin terjadi. Bahkan intervensi Rusia pun tidak dikecualikan, namun dianggap tidak mungkin.
Hebatnya, Der Spiegel menulis mungkin ada niat untuk meledakkan keempat jaringan pipa tersebut. Nord Stream terdiri dari dua set jaringan pipa. Tiga jaringan pipa hancur akibat serangan tersebut, sedangkan pipa keempat masih utuh. Banyak analis yang berkomentar pada saat itu bahwa hal ini sangat cocok untuk Rusia; Pipa yang terakhir ini cukup untuk memenuhi kebutuhan Jerman akan gas Rusia yang kini berkurang.
Der Spiegel menulis bahwa di salah satu jaringan pipa yang merupakan bagian dari Nord Stream 2, pipa A, sebuah alat peledak meledak dua kali. Ada kemungkinan bahwa upaya kedua ditujukan untuk Jalur B, tetapi para penyabot menjadi bingung di kedalaman Laut Baltik yang gelap.
Pihak berwenang Ukraina sangat kecewa dengan penyelidikan tersebut. Serangan sebesar ini kemungkinan besar merupakan tindakan perang dan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pada saat yang sama, “Berlin atau Eropa sama sekali tidak berkepentingan untuk meminta pertanggungjawaban Ukraina atau mengubah arah politiknya,” kata Der Spiegel.
Remko Andersen
“Spesialis budaya pop. Ahli makanan yang setia. Praktisi musik yang ramah. Penggemar twitter yang bangga. Penggila media sosial. Kutu buku bepergian.”
More Stories
Visi Asia 2021 – Masa Depan dan Negara Berkembang
Ketenangan yang aneh menyelimuti penangkapan mantan penduduk Delft di Indonesia – seorang jurnalis kriminal
Avans+ ingin memulihkan jutaan dolar akibat kegagalan pelatihan dengan pelajar Indonesia