BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

5 Pertanyaan Tentang Penyakit Mulut dan Kuku di Indonesia

5 Pertanyaan Tentang Penyakit Mulut dan Kuku di Indonesia

Jumlah sapi yang terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) di Indonesia meningkat dalam sebulan terakhir. Dikhawatirkan menjelang hari raya kurban, akan terjadi kelangkaan hewan kurban di negara berpenduduk mayoritas Muslim ini.

Apa yang sedang terjadi?

Penyakit ini menyebar dengan cepat setelah kasus PMK pertama dilaporkan di Surabaya, pinggiran Jawa Timur, pada akhir April dan beberapa letusan dilaporkan di pulau Sumatera. Menurut beberapa sumber, jumlah infeksi sekarang sekitar 4 juta. Menteri Pertanian RI menegaskan bahwa daging hewan yang terinfeksi bukan merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat.

Dari mana virus itu berasal?

Belum jelas. Menurut beberapa sumber, perjuangan terakhir melawan virus pada tahun 1986 membutuhkan tindakan drastis. Dengan demikian, penyakit itu akan tidak aktif selama bertahun-tahun. Indonesia telah resmi bebas PMK sejak tahun 1990.

Bagaimana kaki dan mulut dirawat?

Pemerintah mendistribusikan vitamin dan pestisida. Pasar ternak dan pameran juga dilarang dan persaingan adalah suatu hal. Pemerintah telah melatih lebih dari 17.000 karyawan di bidang kesehatan hewan. Selain itu, tiga juta vaksin telah dipesan dari luar negeri. Indonesia juga ingin memproduksi vaksin dalam beberapa bulan mendatang. Selain itu, negara tersebut ingin mengerjakan metode pengujian untuk deteksi cepat.

Apa yang dilakukan negara lain?

Ketakutan tinggi, terutama di Australia dan Selandia Baru. Misalnya, di Australia, pelancong dari Indonesia harus melaporkan kontak dengan ternak. Kemudian dilakukan tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut. Peternakan ternak disarankan untuk fokus pada kebersihan yang baik dan memungkinkan pengunjung sesedikit mungkin. Pemerintah Selandia Baru telah menyisihkan $42,9 juta, atau sekitar 26 juta, untuk menjaga keamanan hayati negara tersebut.

Apa akibatnya bagi Belanda?

Juru bicara Komisi Keamanan Produk Makanan dan Konsumen Belanda (NVWA) mengatakan negara-negara UE tidak diizinkan mengimpor hewan dari Indonesia. Ini juga berlaku untuk produk hewani. Dalam kondisi tertentu, produk dari peternakan ikan dapat dibawa ke UE.
Penumpang yang bepergian dari negara ketiga ke UE tidak diperbolehkan membawa produk hewani di bagasi mereka. Dalam hal ini jika terjadi wabah penyakit hewan seperti penyakit mulut dan kuku, NVWA akan memberitahukan pihak bea cukai, sehingga lebih memperhatikan barang bawaan penumpang dari negara tersebut.