BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Studi: Manusia, anjing, dan kelelawar mungkin hidup berdampingan dengan dinosaurus

Studi: Manusia, anjing, dan kelelawar mungkin hidup berdampingan dengan dinosaurus

Para ilmuwan telah menghabiskan waktu lama memperdebatkan apakah bentuk awal manusia ada sebelum kepunahan dinosaurus non-unggas, tetapi sebuah studi baru yang diterbitkan 27 Juni dapat mengakhiri perdebatan tersebut.

Penelitian peer-reviewDiterbitkan di jurnal akademik Biologi Saat IniGunakan analisis statistik fosil untuk menentukan apakah mamalia plasenta hidup sebelum kepunahan dinosaurus.

Fosil mamalia plasenta telah ditemukan di bebatuan yang berumur kurang dari 66 juta tahun, yang bertepatan dengan tanggal ketika asteroid menghantam Bumi yang menyebabkan kepunahan massal. Berdasarkan hal tersebut, para peneliti percaya bahwa sekelompok mamalia plasenta berevolusi setelah kepunahan massal. Namun, beberapa fosil telah ditemukan sebelum asteroid, menunjukkan bahwa mamalia plasenta hidup berdampingan dengan dinosaurus dan diversifikasi dan berevolusi setelah asteroid.

Ternyata primata, dari mana manusia, kelinci dan kelinci, serta anjing dan kucing berevolusi, berevolusi tepat sebelum kepunahan massal, yang berarti nenek moyang manusia hidup berdampingan dengan dinosaurus. Setelah selamat dari dampak asteroid, mamalia plasenta berkembang biak dan berevolusi, yang mungkin didorong oleh hilangnya persaingan dari dinosaurus.

Seorang gadis mengendarai patung dinosaurus saat perayaan Hari Anak di sebuah department store di Bangkok, Thailand, 14 Januari 2023 (Sumber: ATHIT PERAWONGMETHA/REUTERS)

Para peneliti mengomentari studi mereka

Kami telah mengumpulkan ribuan fosil mamalia plasenta dan dapat melihat pola asal dan kepunahan berbagai kelompok. Berdasarkan hal ini, kami dapat memperkirakan kapan mamalia plasenta berevolusi,” kata peneliti Emily Carlisle, dari University of Bristol’s School of Earth Sciences, dalam sebuah pernyataan dari universitas tersebut.

“Model yang kami gunakan memperkirakan usia asal berdasarkan kapan subspesies pertama kali muncul dalam catatan fosil dan pola keragaman spesies sepanjang waktu untuk subspesies. Usia kepunahan juga dapat diperkirakan berdasarkan kemunculan terakhir saat kelompok tersebut punah, kata peneliti Daniele Silvestro, dari University of Fribourg.

READ  Diagnosis Tersembunyi Lloyd Austin: Mengapa Beberapa Orang Merahasiakan Penyakit Serius

“Dengan memeriksa asal-usul dan kepunahan, kita dapat dengan jelas melihat dampak peristiwa seperti kepunahan massal K-Pg atau Maksimum Termal Paleosen-Eosen (PETM),” kata peneliti Profesor Phil Donoghue, dari University of Bristol.