Greenpeace: “Hentikan deforestasi untuk kelapa sawit”
Amsterdam, Belanda – Greenpeace Belanda mencegah pembongkaran minyak sawit dari kapal tanker Dorosa di pelabuhan Rotterdam. Tiga puluh aktivis merantai diri mereka pada kontainer di kapal dan di dermaga. Mereka menempelkan tanda di kapal yang bertuliskan: “Selamatkan hutan kami dan hentikan kelapa sawit.” Di Indonesia, jutaan hektar hutan dihancurkan untuk perkebunan kelapa sawit. Hal ini menimbulkan ancaman langsung terhadap spesies hewan seperti harimau sumatera dan orangutan, dan merupakan bencana bagi iklim. Deforestasi di Indonesia menghasilkan gas rumah kaca dalam jumlah besar. Greenpeace menyerukan kepada pemerintah Belanda untuk memastikan tidak ada hutan yang hilang akibat impor minyak sawit Belanda.
“Produksi minyak sawit benar-benar di luar kendali,” kata Susanne Kruger, pemimpin kampanye kehutanan di Greenpeace Belanda. “Hutan terakhir di Indonesia ditebang untuk menggunakan minyak sawit dalam bahan makanan sehari-hari seperti ghee, keripik kentang, dan deterjen Kelapa sawit harus dihentikan demi menyelamatkan hutan terakhir Indonesia dan menghindari bencana iklim.
Kapal tanker Doroussa membawa lebih dari 10.000 ton minyak sawit Indonesia. Minyak tersebut berasal dari Provinsi Riau di Pulau Sumatera. Seperempat perkebunan kelapa sawit di Indonesia berlokasi di sana. Hutan gambut Riau menyimpan konsentrasi karbon tertinggi di dunia. Ketika gambut dikeringkan atau dibakar untuk perkebunan kelapa sawit, karbon dilepaskan ke udara dalam bentuk karbon dioksida. Hal ini berarti kontribusi yang serius terhadap pemanasan global.
Belanda adalah importir minyak sawit terbesar di Eropa. Namun untuk memerangi deforestasi, pemerintah Belanda mengandalkan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Laporan Greenpeace 'Memasak Iklim' menunjukkan bahwa anggota RSPO juga bersalah atas deforestasi[1]. “Kita tidak bisa menyelamatkan hutan Indonesia melalui inisiatif sukarela dari komunitas bisnis. Perusahaan hanya bisa dihentikan berdasarkan peraturan pemerintah yang mengikat. Minyak sawit di kapal ini harus dilarang masuk ke Belanda hutan primer.
Minyak sawit di kapal tanker Doroussa berasal dari PT IBP di Indonesia, salah satu eksportir minyak sawit terbesar di Indonesia. Pembelian PT IBP dari perusahaan yang terlibat langsung dalam deforestasi di Riau. Contohnya adalah Astra Agro, yang diprofilkan dalam laporan Greenpeace “Memasak untuk Iklim”. Perusahaan ini memiliki lebih dari 20.000 hektar hutan gambut di konsesinya, dimana belakangan ini terjadi deforestasi dan kebakaran hutan untuk membangun perkebunan kelapa sawit.
Greenpeace juga berkampanye melawan deforestasi untuk kelapa sawit di Indonesia. Provinsi Riau ingin menambah tiga juta hektar perkebunan kelapa sawit. Greenpeace menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk menghentikan deforestasi untuk menciptakan perkebunan kelapa sawit baru. Pada bulan Desember, para pemimpin dunia akan membahas perjuangan melawan perubahan iklim di Bali. Menghentikan deforestasi dan menyetujui pendanaan konservasi hutan merupakan langkah awal yang efektif.
[1] Untuk laporan Memasak Iklim lihat http://www.greenpeace.nl/reports/cooking-the-climate“Spesialis budaya pop. Ahli makanan yang setia. Praktisi musik yang ramah. Penggemar twitter yang bangga. Penggila media sosial. Kutu buku bepergian.”
More Stories
Visi Asia 2021 – Masa Depan dan Negara Berkembang
Ketenangan yang aneh menyelimuti penangkapan mantan penduduk Delft di Indonesia – seorang jurnalis kriminal
Avans+ ingin memulihkan jutaan dolar akibat kegagalan pelatihan dengan pelajar Indonesia