BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Kami sangat bergantung pada bahan baku Cina untuk energi bersih.|  Ekonomi

Kami sangat bergantung pada bahan baku Cina untuk energi bersih.| Ekonomi

Bahan baku panel surya, turbin angin, dan mobil listrik semakin banyak didatangkan dari beberapa negara, termasuk China. Ini membuat negara-negara lain rentan dalam transisi mereka ke energi bersih, IEA memperingatkan.

Litium, kobalt, tembaga, dan nikel, antara lain, merupakan bahan baku penting untuk kendaraan listrik dan ladang angin, misalnya. Tetapi produksinya hanya berada di tangan beberapa negara. Selain China, ini terutama Indonesia, Australia, Chili, dan Kongo (DRC).

Badan Energi Internasional juga melihat bahwa investasi baru dilakukan terutama oleh negara-negara tersebut. Misalnya, setengah dari investasi global dalam litium, yang dibutuhkan untuk baterai kendaraan listrik, berasal dari China. Indonesia bahkan menyumbang 90 persen investasi nikel. Nikel digunakan dalam baterai, antara lain.

Bahan mentah hanya akan menjadi lebih penting di tahun-tahun mendatang karena negara-negara harus beralih ke energi berkelanjutan dari pembangkit tenaga surya dan angin, misalnya. Total ukuran pasar untuk jenis bahan mentah ini adalah $320 miliar (290 miliar euro) tahun lalu. Ini hanya akan meningkat di tahun-tahun mendatang.

Baru-baru ini menjadi jelas bahwa ketergantungan pada China untuk beberapa bahan mentah dapat menimbulkan masalah. Misalnya, pemerintah di Beijing memutuskan untuk memperkenalkan aturan yang lebih ketat untuk ekspor germanium dan galium. Ini digunakan dalam produksi keripik. Belanda adalah salah satu pembeli utama galium.

READ  Dana investasi ABN AMRO memasuki pasar crowdfunding berkelanjutan