BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Prabowo Klaim Untung di Indonesia, Lawan Ingin Selidiki Penipuan

Prabowo Klaim Untung di Indonesia, Lawan Ingin Selidiki Penipuan

Prabowo dan calon wakil presidennya Gibran Rakabuming Raka menang

berita NOSDiedit

Di Indonesia, Menteri Pertahanan dan mantan jenderal Prabowo Subianto telah mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden. Catatan awal menunjukkan dia menuju kemenangan putaran pertama. Dia memimpin dengan 58 persen suara. Dengan lebih dari separuh suara, Presiden populer Joko Widodo “Jokowi” tidak memerlukan putaran kedua untuk menggantikannya.

Pada rapat umum pemilu, Prabowo muncul bersama wakil presidennya, Gibran Rakabuming Raka, ketika kandidat presiden berusia 72 tahun itu menyebut keputusan tersebut sebagai “kemenangan bagi seluruh rakyat Indonesia.” “Semua kalkulasi, semua kalkulasi awal, termasuk yang berpihak pada rival kita, mengarah pada kemenangan tim Prabowo-Kibron dalam satu putaran,” ujarnya yang disambut sorak sorai pendukungnya.

Berdasarkan penghitungan suara awal, kandidat oposisi Anees Bhasvedan dan Kanjar Pranovo masing-masing memperoleh 25 dan 17 persen suara. Pada pemilu-pemilu sebelumnya, laporan-laporan ini hampir sama persis. Semua suara akan dihitung besok, namun hasil resmi belum akan diumumkan hingga 35 hari ke depan.

Lawan-lawan Prabowo, keduanya mantan gubernur, lebih memilih menunggu hasil resmi sebelum mengakui kemenangannya. Mereka juga mengatakan bahwa penipuan telah terjadi dan mereka sedang mempertimbangkan untuk mengajukan pengaduan. Mereka melaporkan penyimpangan dan mencoba mengumpulkan bukti. Perlu ada penyelidikan seberapa luas penipuan ini.

Sulit untuk menilai akan menjadi presiden seperti apa Prabowo nanti. Sebagai seorang jenderal ia dikenal sebagai pemimpin yang tangguh dan tidak mudah marah, namun konon ia menjadi lebih lembut karena ia sudah tua.

Sebagai panglima militer, ia diduga terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dengan pasukan khususnya di Timor Timur. Selama protes mahasiswa tahun 1998, ia memerintahkan penculikan 22 mahasiswa, tiga belas di antaranya tidak pernah ditemukan.