BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Seorang menteri Indonesia ingin merestorasi “mobil pertama”

Seorang menteri Indonesia ingin merestorasi “mobil pertama”

Kebijakan27 Desember 2013 12:24pengarang: Eva Ode Elferink

Benz Phaeton berusia 120 tahun dari Museum Le Mans di Den Haag telah menjadi subyek kerusuhan internasional. Mobil yang diyakini sebagai mobil pertama asal Indonesia itu diperoleh museum secara ilegal, menurut Menteri Olahraga Indonesia Roy Soryu. Dia ingin Benz kembali.

Menteri mengatakan kepada BNR dan Trouw bahwa mobil tahun 1894 itu milik Sultan Solo yang khusus merancang Benz. Pada tahun 1924, mobil tersebut konon dikirim ke Belanda untuk dipamerkan di RAI, namun tidak pernah dikembalikan.

Sorio mengatakan, baru-baru ini ia mengunjungi keluarga Sultan yang menurutnya membenarkan bahwa Benz tersebut diperoleh secara ilegal. “Mobil itu tidak pernah dijual,” kata mereka.

Pelat
Direktur Museum Le Mans Ronald Kooyman membantah klaim Soriot bahwa museum tersebut bukanlah pemilik sah Benz Phaeton. “Saya bisa membuktikan bahwa mobil ini milik kelompok kami. Sudah terdaftar, bahkan dengan plat nomornya.”

Museum membeli mobil tersebut dari Royal Dutch Automobile Club (KNAC). “Apa yang terjadi di antara mereka, antara tahun 1924 dan saat kami menerima mobil dari KNAC, bukan untuk saya tunjukkan.”

KNAC sendiri menyatakan tidak lagi memiliki dokumen arsip terkait Benz. “Mereka hilang dari sejarah,” kata sutradara Peter Stahl. “Jika saya tidak memiliki suku cadangnya, saya tidak dapat mengatakan bahwa kami adalah pemilik yang sah. Saya tidak dapat mengatakan bahwa kami bukan pemiliknya atau bahwa kami menjual Benz tersebut.”

tanggal
Menteri Indonesia meminta pihak museum mengembalikan mobil tersebut. “Evert Lohmann (pemilik museum saat ini, editor) pasti berbesar hati jika memahami sejarah mobil di Indonesia,” kata Soryu.

READ  Pengamat menghimbau Indonesia mengembangkan wisata olah raga seperti Korea Selatan dan Thailand untuk menambah devisa negara

Namun jika direktur museum Kooyman bertanggung jawab, Benz Phaeton akan tetap seperti sekarang ini. Menurutnya, Soryu mencoba “mempermainkan emosi” dengan merayunya dan ini lebih “mencurigakan” daripada meyakinkan.

“Sepertinya kami tidak bertindak dengan itikad baik, dan tentu saja itu tidak benar.” Ditambah lagi, Kooyman berkata, “Setiap mobil di sini, terutama sejak masa itu, dimiliki oleh seseorang yang penting dalam sejarah. Karena jika Anda mampu membeli mobil di zaman sekarang, maka Anda penting. Jadi itu bukan argumen bagi saya.”