BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Mesir secara ilegal memulangkan pengungsi Sudan melintasi perbatasan

Mesir secara ilegal memulangkan pengungsi Sudan melintasi perbatasan

Pengungsi Sudan di Mesir

Berita Noosrata-rata

Mesir memulangkan orang-orang yang melarikan diri dari negara tetangga Sudan melintasi perbatasan dalam skala besar. Inilah yang ditulis Amnesty International dalam laporan barunya. Organisasi hak asasi manusia mengatakan hal ini melanggar hukum internasional.

Ribuan warga Sudan dilaporkan ditangkap dan dideportasi secara sewenang-wenang. Menurut organisasi hak asasi manusia, hal ini berarti mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mengajukan permohonan suaka dan tidak ada kesempatan untuk mendapatkan pengadilan yang adil. Menurut Marjon Rozema dari Amnesty International, polisi melarang orang turun ke jalan, terutama di ibu kota, Kairo, dan di wilayah perbatasan Aswan.

“Mereka secara acak menjemput orang-orang berkulit hitam, orang-orang yang berjalan di jalanan. Bisa juga orang-orang yang telah tinggal lebih lama di negara tersebut atau orang-orang yang memiliki status pengungsi yang sah perang saudara.”

Jutaan orang Sudan

Pertempuran berdarah telah berkecamuk di Sudan selama lebih dari setahun. Akibatnya, lebih dari 9 juta orang mengungsi. Sekitar setengah juta dari mereka pindah ke negara tetangga Mesir, tempat jutaan warga yang sebelumnya meninggalkan Sudan juga tinggal.

Koresponden Trouw, Joost Schiffers, mengakui gambar yang dibuat oleh Amnesty International. “Saya mendengar dari banyak organisasi bantuan bahwa warga Sudan telah ditangkap dan dikirim melintasi perbatasan.”

“Saya telah berbicara dengan para pengungsi di sini yang hanya tinggal di rumah mereka karena mereka tidak berani keluar.

“Memalukan”

Amnesty International mengatakan orang-orang yang dideportasi kini ditahan dalam kondisi yang tidak manusiawi. Laporan tersebut menggambarkan bagaimana para pengungsi yang ditahan, termasuk perempuan dan anak-anak, ditahan di pusat-pusat sementara seperti gudang atau istal. Fasilitas kesehatan kurang memadai dan tidak ada fasilitas kesehatan.

Rozema ingin Uni Eropa mengonfrontasi pemerintah Mesir terkait praktik ini. Uni Eropa menandatangani perjanjian dengan Mesir pada bulan Maret: sebagai imbalan atas penerimaan pinjaman dan hibah miliaran dolar, negara tersebut harus berusaha membatasi aliran migrasi ke Eropa.

Ia percaya bahwa “Uni Eropa mempunyai peran penting.” “Anda seharusnya tidak bekerja dengan negara yang Anda tahu hal seperti ini bisa terjadi.”