BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

India menyalahkan sirup obat batuk atas kematian anak di Gambia

India menyalahkan sirup obat batuk atas kematian anak di Gambia

India berusaha merebut kembali reputasinya sebagai juara dunia dalam mengganti pil. Gambar itu rusak parah pada musim gugur ini ketika terungkap bahwa lebih dari enam puluh anak di Gambia meninggal setelah meminum empat sirup obat batuk beracun dari pabrikan India Maiden Pharmaceuticals.

Dalam sepucuk surat kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu, kepala eksekutif badan pengawas obat India menuntut agar empat jenis sirup obat batuk disalahkan atas gagal ginjal fatal pada anak-anak Gambia. Menurut regulator, menurut penelitian mereka sendiri di India, obat batuk ini tidak mengandung zat beracun. “Mereka mematuhi semua aturan.”

India percaya WHO bias dalam menyalahkan Maiden atas antidepresan yang mematikan. Sebuah surat kepada WHO mengatakan bahwa penelitian WHO tidak baik. Pesan dasarnya adalah produksi sirup dapat dilanjutkan.

Sistem kesehatan mendukung temuannya sendiri. Dua laboratorium berbeda di Ghana dan Swiss secara independen menentukan keberadaan dietilen glikol dan etilen glikol dalam empat sirup obat batuk yang menyebabkan alergi. Keduanya sangat beracun bagi manusia dan bisa berakibat fatal jika tertelan. Jadi WHO belum mencabut peringatannya.

Apotek dunia

India memproduksi sepertiga dari total obat yang dijual secara global, sehingga dikenal sebagai apotek dunia. Negara ini terutama memproduksi obat generik dan obat di luar paten. Volume produksi farmasi negara telah tumbuh lebih dari 9 persen per tahun selama satu dekade. India memperoleh penghasilan yang baik dari ekspor farmasi dan industri farmasi menyediakan banyak lapangan kerja.

Keracunan di Gambia adalah noda besar dalam catatan. Bukan tanpa alasan surat regulator India kepada WHO menyebutkan rusaknya reputasi industri farmasi India.

Keraguan atas pembatasan India

Selain sirup obat batuk beracun, ada keraguan untuk beberapa waktu tentang mekanisme kontrol di India mengenai kualitas obat yang diproduksi. Hanya batch kecil yang diuji pada satu waktu. Instansi lokal yang seharusnya melakukan ini berjuang dengan kekurangan staf dan peralatan untuk melakukan pengujian dengan benar.

Pada 2019, bangsa menghadapi gagal ginjal pada anak-anak di wilayah Jammu. Di sini juga dicampur obat batuk yang mengandung dietilen glikol. Itu berasal dari perusahaan farmasi lain, Digital Vision.

Indonesia menghadapi masalah yang sama di bulan Oktober. Sedikitnya 133 anak meninggal karena gagal ginjal akut setelah menggunakan obat batuk tersebut. Namun pihak berwenang Jakarta mengatakan bahwa minuman yang bertanggung jawab atas hal ini tidak berasal dari India. Indonesia sendiri meneliti kualitas 102 jenis sirup obat batuk.

Baca selengkapnya:

Kali ini sirup obat batuk beracun membunuh sebagian besar anak-anak Gambia.

Di Gambia, 69 anak meninggal dalam beberapa bulan terakhir, kemungkinan karena meminum campuran obat batuk beracun. Mengapa bahan berbahaya lolos dari semua uji keamanan??

READ  Kembalinya seni kolonial yang dirampok bisa dilakukan dengan sangat cepat