Rodgerigo Ventocilla, 32 tahun, mahasiswa Harvard asal Peru berbulan madu di Bali. Kematiannya memicu kemarahan dari aktivis LGBT, yang menuduh diplomat Peru tidak berbuat cukup untuk melindunginya.
Ventocilla ditangkap di bandara Bali pada awal Agustus karena diduga memiliki ganja. Dia meninggal beberapa hari kemudian karena “kegagalan fungsi tubuh,” menurut polisi Indonesia.
Jaksa tidak mengatakan siapa yang sedang diselidiki, tetapi Julio Arbisu, pengacara keluarga Ventocilla, mengatakan jaksa sedang menanyai konsul Peru yang bertanggung jawab atas layanan diplomatik di kedutaan Indonesia dan seorang pejabat Indonesia.
Dia menambahkan bahwa persidangan diperkirakan akan berlangsung selama 8 bulan.
Kementerian Luar Negeri Peru awalnya mengatakan larangan Ventocilla bukan “transphobia” dan kepemilikan ganja adalah kejahatan serius di Indonesia.
Namun di bawah tekanan dari aktivis lokal, ia telah meminta Indonesia untuk meluncurkan penyelidikan sendiri atas kematian tersebut.
Indonesia mengatakan pihaknya menganggap kasus itu selesai dan tidak ada kekerasan yang terlibat dalam kematian Ventocilla.
“Penggemar TV Wannabe. Pelopor media sosial. Zombieaholic. Pelajar ekstrem. Ahli Twitter. Nerd perjalanan yang tak tersembuhkan.”
More Stories
Apakah Kotak Kontak adalah Solusi untuk Mengelola Peralatan Listrik Anda Secara Efisien?
Presiden berupaya menyelamatkan pembangunan ibu kota baru Indonesia
Hak aborsi telah 'diperluas' di Indonesia, namun yang terpenting, hak aborsi menjadi semakin sulit