BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Ukraina: Sedikitnya 11 tewas dalam penembakan di wilayah Dnipropetrovsk |  Saat ini

Ukraina: Sedikitnya 11 tewas dalam penembakan di wilayah Dnipropetrovsk | Saat ini

Setidaknya 11 orang tewas dalam penembakan Rusia di wilayah Dnipropetrovsk dari Selasa hingga Rabu malam. Hal ini dinyatakan oleh gubernur wilayah Ukraina, menurut kantor berita Reuters. Pemboman itu terjadi puluhan kilometer dari pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhya di seberang Sungai Dnipro.

Sebelumnya, gubernur menyatakan melalui Telegram bahwa 21 orang tewas. Sebelas orang dikatakan telah meninggal di wilayah Nikopol, dan sepuluh orang dikatakan telah meninggal di Marhanets, sekitar 30 kilometer jauhnya.

Kemudian, gubernur merevisi angka kematian ini menjadi 11. Dia tidak mengatakan berapa banyak orang yang meninggal di mana saja. Sebelumnya, gubernur berbicara tentang puluhan yang terluka, tetapi apakah jumlah ini masih benar juga tidak jelas.

Namun, gubernur berbicara tentang “malam yang tragis.” Tentara Rusia dikatakan telah menembakkan puluhan rudal ke daerah pemukiman. Menurut gubernur, banyak bangunan yang rusak atau hancur.

Pemboman itu terjadi di dekat pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhya

Pemboman itu terjadi di dekat kota Inerhodar di sisi lain Sungai Dnipro, tempat pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhia berada. Pembangkit listrik tenaga nuklir itu dibom berulang kali akhir pekan lalu dan mengalami kerusakan. Ini adalah pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa.

Ada kekhawatiran besar secara internasional tentang keselamatan pembangkit listrik tenaga nuklir. Untuk saat ini, tampaknya infrastruktur penting masih utuh, tetapi pengeboman baru dapat membahayakan keselamatan.

Atas permintaan Rusia, Dewan Keamanan PBB memutuskan untuk membahas situasi di Zaporizhia pada Kamis sore.

READ  Bisakah perdamaian tercapai antara Israel dan Hamas? “Solusi dua negara tidak lagi menjadi pilihan”