Kerja paksa di pulau Jawa Indonesia oleh penjajah Belanda menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam kematian di antara penduduk di abad kesembilan belas. Sejarawan dari Universitas Wageningen dan Universitas Utrecht menunjukkan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada hari Senin hubungan antara tingkat kematian yang tinggi dan sistem budaya yang diperkenalkan pada tahun 1830.
Sistem budaya harus meningkatkan pendapatan koloni Belanda. Di bawah sistem ini, Belanda memaksa masyarakat Jawa untuk menanam produk yang menguntungkan seperti kopi dan gula.
Undang-undang baru, berkat Multatuli
Kerja keras ini, yang diakibatkan oleh gizi buruk, kondisi tidak bersih, dan penyebaran penyakit menyebabkan angka kematian yang tinggi. Pada puncak sistem budaya pada tahun 1840, setiap 1.000 pekerja tambahan berhubungan dengan sekitar 30 orang lagi yang meninggal setiap tahun. Tingkat kematian tetap tinggi di tahun-tahun berikutnya. Para peneliti menyimpulkan bahwa angka-angka ini akan meningkat 10 hingga 30 persen pada 1970-an jika sistem budaya tidak dihapus. Sebagian karena novel Max Havelaar Dari Multatuli, undang-undang baru diperkenalkan pada tahun 1870, untuk mengurangi penanaman paksa gula.
Baca juga:
Penelitian menunjukkan bahwa Utrecht menghasilkan banyak uang dari perbudakan
Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas, para manajer dan pengusaha di Utrecht banyak menggunakan perdagangan budak dan kerja paksa.
“Baconaholic. Penjelajah yang sangat rendah hati. Penginjil bir. Pengacara alkohol. Penggemar TV. Web nerd. Zombie geek. Pencipta. Pembaca umum.”
More Stories
Jadwal dan tempat menonton di TV
Kampanye 'Bebaskan Papua Barat' beralih ke media sosial untuk mendapatkan dukungan internasional. · Suara Global dalam bahasa Belanda
Dolph Janssen dan pacarnya Jetski Kramer di X Under Fire untuk Liburan di Indonesia (Lihat Berita)