Suriname tidak memiliki perkembangan tanpa Java. “Orang Jawa adalah Plaka Duti Suriname,” kata Menteri Dalam Negeri (Pisa) Pronto Somohardjo pada pembukaan Java Conference yang diadakan di Utopia pada 30 Juni. Tema yang diangkat adalah: “Wong Jawa, Sebagai Syarat Pembangunan Nasional, Visi 2050”. Organisasi itu berada di panggung untuk perayaan Tahun Baru Jawa.
Orang Jawa menumbuhkan setiap organisasi politik lainnya dan banyak dari mereka tumbuh ke posisi tertinggi di negara ini. Wakil Presiden (VP) Ronnie Brunswick, juga menyampaikan pesan video kepada peserta konferensi, menyerukan kepada seluruh masyarakat Jawa untuk mengembalikan persatuan dalam kelompok, sehingga mereka secara kolektif dapat mencapai lebih banyak.
Menteri Somohardjo mengingatkan para penggemarnya bahwa vp Brunswijk tidak menyembunyikan fakta bahwa ia menjadi Wakil Presiden sebagian berkat Wong Jawa. Somohardjo bilang dia memberi Jawa nenek-nenek itu. “Mari kita pastikan Phaya Lubi terus berkembang, dan toelsie ini terus berkembang, tapi jangan lupa Kembang Melati kita tumbuh dan berkembang. Jawa harus lebih saling memberi dan saling menyapa daripada meremehkan satu sama lain, kata Somohardjo.
Pengantar disampaikan oleh Muhammad Nasir Iskak (Jawa Suriname dan integrasi/kasus), Stanley Sorobawiro (Agama di kalangan Jawa Suriname), Sabto Subawiro (tradisi Jawa Suriname), Soetjipto Kromosetiko (Jawa Suriname) (Jawa dalam dunia keuangan), Marciano Dasai ( Karya Perintis Di Kalangan Jawa, Stanley Sedwill (Seni Di Kalangan Jawa Suriname) dan Salam Somohardjo (Jawa Suriname dalam Politik).
Dari diskusi yang hidup dan menarik selanjutnya, pemimpin diskusi Jim Rassem harus sering menarik rem tangan agar tepat waktu. Di antara 250 tamu yang hadir, Java Politics Summit, Java Religion Summit, dan Java Business Summit, hadir pula Dubes RI.
“Penggemar TV Wannabe. Pelopor media sosial. Zombieaholic. Pelajar ekstrem. Ahli Twitter. Nerd perjalanan yang tak tersembuhkan.”
More Stories
Banyak uang yang dihabiskan untuk olahraga dan hobi
Bulu tangkis adalah sesuatu yang sakral di Indonesia
Reaksi beragam terhadap laporan dekolonisasi di Indonesia