BALICITIZEN

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Gangguan di Yerusalem karena kemungkinan penggusuran keluarga Palestina

Ketegangan memuncak di Yerusalem atas kemungkinan penggusuran empat keluarga Palestina. Mereka harus memberi jalan bagi para pemukim Yahudi. Beberapa malam baru-baru ini, bentrokan kekerasan terjadi antara demonstran Palestina dan pasukan keamanan Israel. Sedikitnya sepuluh orang terluka. Sejumlah warga Palestina ditangkap.

Protes itu terjadi karena keputusan hakim Israel bahwa warga Palestina yang tinggal di empat rumah di Yerusalem Timur harus meninggalkan rumah mereka. Pada hari Senin, hakim diharapkan memutuskan apakah keluarga masih dapat mengajukan banding atas pengusiran mereka.

Kasus ini menambah ketegangan di dalam dan sekitar Yerusalem dalam beberapa pekan terakhir Sudah terjadi.

Rumah menjadi subjek pertarungan politik dan hukum yang berlarut-larut. Penduduk Palestina mengatakan bahwa mereka telah tinggal di sana sejak tahun 1950-an, setelah melarikan diri dari kota-kota mereka selama perang seputar pembentukan Negara Israel pada tahun 1948. Namun, menurut otoritas Israel, tanah tempat tinggal orang-orang Palestina terletak di Lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur. Sebelum 1948 tanah itu dimiliki oleh organisasi Yahudi.

Warga Palestina dan organisasi hak asasi manusia menentang keputusan hakim untuk mengosongkan rumah, yang mereka gambarkan sebagai diskriminasi. “Warga Palestina yang memiliki properti di Israel sebelum 1948 tidak dapat mengklaim rumah dan tanah mereka di sana,” kata Hagit Afran dari aktivis gerakan Peace Now. Menurutnya, Israel seharusnya tidak menggunakan hukumnya untuk mengusir penduduk dari wilayah pendudukan.

Israel menganggap Yerusalem sebagai ibu kota yang tidak terbagi, tetapi menurut hukum internasional, Yerusalem Timur dianggap sebagai wilayah Palestina yang diduduki.

Salah satu keluarga yang berhasil lolos adalah keluarga Elissar Abu Hasna. “Ini tempat favorit saya di rumah ini,” kata pria berusia 22 tahun itu di halaman. Dia tinggal di tempat ini sejak dia lahir. “Saya dulu bermain di sini dengan tetangga kami. Tapi sekarang kami memiliki pemukim Israel yang tinggal di dekatnya.”

READ  Pembelot Korea Utara menjalani kehidupan yang sulit di Korea Selatan